Kamis, 25 September 2008

Satu senyum sanggup sejukkan jiwa
Satu kata sanggup ubah hati
Beribu maaf dengan setulus hati kuucap,
Andai khilaf pernah kuperbuat




Satu senyum sanggup sejukkan jiwa
Satu kata sanggup ubah hati
Beribu maaf dengan setulus hati kuucap,
Andai khilaf pernah kuperbuat




Selengkapnya ....

Senin, 22 September 2008

Ujianpun Datang

2 Minggu sudah bulan yang penuh berkah kami lalui. Namun begitu sedikit ibadah yang kami jalani. Bahkan masih banyak ibadah-ibadah yang kami lalaikan. Padahal Allah menjanjikan, kalau setiap amalan-amalan Ibadah Sunnah akan dilipatgandakan pahalanya sama dengan amalan Ibadah Wajib pada bulan di luar bulan Ramadhan..

Sedangkan untuk amalan yang wajib, akan dilipatgandakan pahalanya menjadi 70 kali lipat dari amalan yang sama di bulan di luar Ramadhan.

Senin, 15 September 2008, Setelah berbuka puasa dengan menu 'sekenanya', diteruskan sholat magrib berjamaah di Kantor Istri (daerah Cikini), tepat pukul 6.40 akhirnya kami berkunjung ke RSIA Tambak. Langsung dilayani oleh CS RSIA Tambak. Setelah menunggu sekitar 40 menit, akhirnya kami dapat giliran.

Setelah berkonsultasi cukup lama dengan Dokter Kandungannya, akhirnya kami berdua diajak ke tempat khusus untuk melihat USG. Setelah cukup lama kami diberikan penjelasan mengenai kondisi dari janin yang ada ditubuh Istri tercinta, dokter kandungan memperlihatkan bahwa ada pendarahan, tapi pendarahan itu tidak keluar. Dokter bilang, apabila pendarahan ini terus bertambah banyak (besar), maka dikhawatirkan akan membahayakan si janin.

'Deeegghh..' Ya Allah.. apa sebenarnya yang terjadi ?". Setelah diberikan saran-saran oleh Dokter tersebut, akhirnya istri disuruh 'Bed Rest' selama 7 hari.

Rasa sedih, khawatir dan bersalah selalu bergelayut dalam pikiranku. Cuman rasa berserah diri sama Allah yang bisa kami lakukan, selain terus berikhtiar. Alhasil aku merangkap sebagai kepala rumah tangga sekaligus Ibu rumah tangga. Ya maklum, kami cuman hidup berdua di sebuah rumah kontrakan yang sederhana. Jadi semuanya aku lakukan sendiri untuk melayani istri tercinta.

Alhamdulillah, hikmahnya aku jadi mulai bisa belajar memasak (hehehe...), mulai dari masak sayur sop, cap cay, dan sayur yang cepat saji sudah bisa aku kuasai (hehe.. sombong bangett y.. tp gak tau deh rasanya.. hehe).

Aku masih terus belajar untuk berbuat baik dan bersabar, terutama untuk istri tercinta. Ya Allah.. berilah kami ketabahan dalam menghadapi ujian-Mu ini.

Semoga kami diberikan amanat anak yang Sholeh dan Sholehah yang akan lahir dari rahim istri tercinta.

2 Minggu sudah bulan yang penuh berkah kami lalui. Namun begitu sedikit ibadah yang kami jalani. Bahkan masih banyak ibadah-ibadah yang kami lalaikan. Padahal Allah menjanjikan, kalau setiap amalan-amalan Ibadah Sunnah akan dilipatgandakan pahalanya sama dengan amalan Ibadah Wajib pada bulan di luar bulan Ramadhan..


Sedangkan untuk amalan yang wajib, akan dilipatgandakan pahalanya menjadi 70 kali lipat dari amalan yang sama di bulan di luar Ramadhan.

Senin, 15 September 2008, Setelah berbuka puasa dengan menu 'sekenanya', diteruskan sholat magrib berjamaah di Kantor Istri (daerah Cikini), tepat pukul 6.40 akhirnya kami berkunjung ke RSIA Tambak. Langsung dilayani oleh CS RSIA Tambak. Setelah menunggu sekitar 40 menit, akhirnya kami dapat giliran.

Setelah berkonsultasi cukup lama dengan Dokter Kandungannya, akhirnya kami berdua diajak ke tempat khusus untuk melihat USG. Setelah cukup lama kami diberikan penjelasan mengenai kondisi dari janin yang ada ditubuh Istri tercinta, dokter kandungan memperlihatkan bahwa ada pendarahan, tapi pendarahan itu tidak keluar. Dokter bilang, apabila pendarahan ini terus bertambah banyak (besar), maka dikhawatirkan akan membahayakan si janin.

'Deeegghh..' Ya Allah.. apa sebenarnya yang terjadi ?". Setelah diberikan saran-saran oleh Dokter tersebut, akhirnya istri disuruh 'Bed Rest' selama 7 hari.

Rasa sedih, khawatir dan bersalah selalu bergelayut dalam pikiranku. Cuman rasa berserah diri sama Allah yang bisa kami lakukan, selain terus berikhtiar. Alhasil aku merangkap sebagai kepala rumah tangga sekaligus Ibu rumah tangga. Ya maklum, kami cuman hidup berdua di sebuah rumah kontrakan yang sederhana. Jadi semuanya aku lakukan sendiri untuk melayani istri tercinta.

Alhamdulillah, hikmahnya aku jadi mulai bisa belajar memasak (hehehe...), mulai dari masak sayur sop, cap cay, dan sayur yang cepat saji sudah bisa aku kuasai (hehe.. sombong bangett y.. tp gak tau deh rasanya.. hehe).

Aku masih terus belajar untuk berbuat baik dan bersabar, terutama untuk istri tercinta. Ya Allah.. berilah kami ketabahan dalam menghadapi ujian-Mu ini.

Semoga kami diberikan amanat anak yang Sholeh dan Sholehah yang akan lahir dari rahim istri tercinta.

Selengkapnya ....

Senin, 01 September 2008

Ramadhan penuh cobaan

Beberapa hari menjelang bulan Suci Ramadhan, Pertamina kembali menaikkan harga gas Elpiji. Untuk ukuran yang 12 kg di pasaran mencapai harga Rp 90.000,- bahkan lebih.


Bingung mengikuti Kebijakan pemerintah yang sering menyengsarakan 'wong cilik' (kata-kata andalan Bu Mega). Konfersi 'mitan' ke gas yang dianggap bisa mengatasi krisis BBM, tapi kenyataannya malah tambah runyam. Tengoklah antrian-antrian panjang di berbagai daerah, banyak ibu-ibu rumah tangga yang rela berpanas-panas ria, untuk sekedar mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Bahkan nyawa bisa jadi taruhan, gara-gara berdesak-desakan dan terinjak-injak pada saat rebutan antrian.

Sebut saja A, seorang penjual gorengan dari Cirebon, yang biasa mangkal di daerah Kebayoran Baru, dengan semangat yang membara-bara (jihad demi keluarga), dia kayuh sepeda ontelnya dengan kecepatan maksimal (wah.. susah ukurnya, hehe, mungkin 60 km/jam kali y), tak melakukan sikut kiri-kanan,tetap lurus sambil injak atas bawah. Rupanya Allah begitu sayang sama bapak satu ini. Akhirnya diapun merekalan di'cium' si gagah perkasa Kereta Api. Lepaslah nyawa yang cuman sebatang kara itu. Dia meninggalkan 5 orang anak, 1 orang istri di kampung halamannya di Cirebon sana. Saya yakin ini hanya 1 dari sekian ribu bapak/ibu rumah tangga yang mengalami nasib tragis.

Balik lagi yuks ke soal mitan. Oke lah kebijakan konfersi mintan ke elpiji bisa diterima secara nalar. Tapi kenapa permasalahan baru muncul, ketika si biru mungil itu pun tiba-tiba ikutan 'melenyapkan' dari pasaran. Duuhh.. si biru mungil, ada apa gerangan dengan dirimu? kenapa engkau ikut-ikutan kakakmu si 'mitan' lari juga ?

Biasa lah, Pertamina selalu mengklaim bahwa BUMN itu selalu merugi, sehingga mengharuskan adanya kenaikan harga gas Elpiji. Gas elpiji 'rakyat' ukuran 3 kg di pasaran harganya membengkak menjadi Rp. 17.000,-, sedangkan yang 12 kg lebih bengkak lagi mencapai lebih dari Rp 90.000,-. Di saat-saat kaum muslimin menyambut Ramadhan dengan penuh keceriaan,atas kedatangan tamu Agung ini, pemerintah malah menimpakan musibah ini.

Apakah mereka tidak memperhatikan dampak dari kenaikan harga si biru ajaib ini? Otomatis harga-harga bahan pokokpun menjadi ikutan 'trend' merubah harganya. Padahal lebaran masih jauh, tapi semua bahan kebutuhan pokok sudah berubah 'baju' harganya. Alhasil banyak sudah ibu-ibu rumah tangga untuk memasak kembali ke masa 'baheula' dengan menggunakan kayu bakar, meninggalkan mitan.

Sampai kapan y semua ini kembali normal, apakah ada calon presiden yang peduli sama nasib rakyatnya? yang mampu untuk tidak menaikkan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok buat rakyatnya. Calon presiden yang bisa mensejahterakan rakyatnya ?

Beberapa hari menjelang bulan Suci Ramadhan, Pertamina kembali menaikkan harga gas Elpiji. Untuk ukuran yang 12 kg di pasaran mencapai harga Rp 90.000,- bahkan lebih.



Bingung mengikuti Kebijakan pemerintah yang sering menyengsarakan 'wong cilik' (kata-kata andalan Bu Mega). Konfersi 'mitan' ke gas yang dianggap bisa mengatasi krisis BBM, tapi kenyataannya malah tambah runyam. Tengoklah antrian-antrian panjang di berbagai daerah, banyak ibu-ibu rumah tangga yang rela berpanas-panas ria, untuk sekedar mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Bahkan nyawa bisa jadi taruhan, gara-gara berdesak-desakan dan terinjak-injak pada saat rebutan antrian.

Sebut saja A, seorang penjual gorengan dari Cirebon, yang biasa mangkal di daerah Kebayoran Baru, dengan semangat yang membara-bara (jihad demi keluarga), dia kayuh sepeda ontelnya dengan kecepatan maksimal (wah.. susah ukurnya, hehe, mungkin 60 km/jam kali y), tak melakukan sikut kiri-kanan,tetap lurus sambil injak atas bawah. Rupanya Allah begitu sayang sama bapak satu ini. Akhirnya diapun merekalan di'cium' si gagah perkasa Kereta Api. Lepaslah nyawa yang cuman sebatang kara itu. Dia meninggalkan 5 orang anak, 1 orang istri di kampung halamannya di Cirebon sana. Saya yakin ini hanya 1 dari sekian ribu bapak/ibu rumah tangga yang mengalami nasib tragis.

Balik lagi yuks ke soal mitan. Oke lah kebijakan konfersi mintan ke elpiji bisa diterima secara nalar. Tapi kenapa permasalahan baru muncul, ketika si biru mungil itu pun tiba-tiba ikutan 'melenyapkan' dari pasaran. Duuhh.. si biru mungil, ada apa gerangan dengan dirimu? kenapa engkau ikut-ikutan kakakmu si 'mitan' lari juga ?

Biasa lah, Pertamina selalu mengklaim bahwa BUMN itu selalu merugi, sehingga mengharuskan adanya kenaikan harga gas Elpiji. Gas elpiji 'rakyat' ukuran 3 kg di pasaran harganya membengkak menjadi Rp. 17.000,-, sedangkan yang 12 kg lebih bengkak lagi mencapai lebih dari Rp 90.000,-. Di saat-saat kaum muslimin menyambut Ramadhan dengan penuh keceriaan,atas kedatangan tamu Agung ini, pemerintah malah menimpakan musibah ini.

Apakah mereka tidak memperhatikan dampak dari kenaikan harga si biru ajaib ini? Otomatis harga-harga bahan pokokpun menjadi ikutan 'trend' merubah harganya. Padahal lebaran masih jauh, tapi semua bahan kebutuhan pokok sudah berubah 'baju' harganya. Alhasil banyak sudah ibu-ibu rumah tangga untuk memasak kembali ke masa 'baheula' dengan menggunakan kayu bakar, meninggalkan mitan.

Sampai kapan y semua ini kembali normal, apakah ada calon presiden yang peduli sama nasib rakyatnya? yang mampu untuk tidak menaikkan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok buat rakyatnya. Calon presiden yang bisa mensejahterakan rakyatnya ?

Selengkapnya ....

Minggu, 31 Agustus 2008

Iklan

Iklan, merupakan media yang sangat ampuh untuk memperkenalkan suatu produk kepada para konsumennya. Melalui iklan ini diharapkan agar konsumen mempunyai keputusan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh produsen tersebut.

Ada satu iklan yang cukup menggelitik di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Iklan yang bersifat lokal, yang terpampang di spanduk2, brosur2 yang ditempel dan di tempatkan di pinggir jalan atau di tempat2 keramaian. Kata-katanya adalah "Mbayar mung Rp 2.000,- ngomong sekarepmu!!" yang artinya "Dengan membayar hanya Rp 2.000, anda dapat berbicara sepuasnya!". Iklan yang diterbitkan oleh satu satu produk Operator Celluer ini mungkin cukup mengena, dikarenakan mayoritas penduduknya berbahasa jawa.

Iklan, merupakan media yang sangat ampuh untuk memperkenalkan suatu produk kepada para konsumennya. Melalui iklan ini diharapkan agar konsumen mempunyai keputusan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh produsen tersebut.


Ada satu iklan yang cukup menggelitik di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Iklan yang bersifat lokal, yang terpampang di spanduk2, brosur2 yang ditempel dan di tempatkan di pinggir jalan atau di tempat2 keramaian. Kata-katanya adalah "Mbayar mung Rp 2.000,- ngomong sekarepmu!!" yang artinya "Dengan membayar hanya Rp 2.000, anda dapat berbicara sepuasnya!". Iklan yang diterbitkan oleh satu satu produk Operator Celluer ini mungkin cukup mengena, dikarenakan mayoritas penduduknya berbahasa jawa.

Selengkapnya ....

Berpulangnya Ayah Mertua

Rabu, 27 Agustus 2008, jam 10.30 aku ditelpon ama istri tercinta, bahwa ayahnya telah berpulang ke Rahmatullah di Pekalongan. "Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Roji'unn". Sesaat aku terdiam teringat dengan firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 156, yang artinya:

"yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"


Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya kami berdua langsung meluncur ke Gambir untuk memesan tiket perjalanan ke kampung halaman di Pekalongan. Masya Allah.. sangat kaget kami berdua, melihat antrian yang begitu panjang, padahal ini hari kerja. Akhirnya setelah mengantri selama 1,5 jam lebih akhirnya kami dapat juga tiket Agro Sindoro Jurusan Jakarta - Semarang.

Selama perjalanan, kami terus berdoa semoga Almarhum diampuni segala dosanya, diterima segala amal ibadahnya, dan diberikan kenikmatan nanti di alam kuburnya. Setelah 4 jam di dalam kereta, akhirnya kami sampai juga di Stasiun Pekalongan. Seperti yang telah kami perkirakan bahwa Almarhum telah dikebumikan.

Rasa sedih, haru bercampur jadi satu ketika kami bertemu keluarga di sana. Rasa rindu yang menggelayut selama ini, pupus sudah. Namun ada rasa perih & sedih karena kami tidak bisa mengikuti setiap jengkal prosesi yang wajib dilakukan terhadap si 'mayit' yaitu, mengkafankan, memandikan, mensholatkan dan menguburkannya. Tak satupun dari prosesi itu yang kami ikuti. Cuman doa saja yang terpanjat kehadirat Allah SWT.

Doakan juga y, semoga Almarhum diampuni segala dosa-dosanya. Amien

Rabu, 27 Agustus 2008, jam 10.30 aku ditelpon ama istri tercinta, bahwa ayahnya telah berpulang ke Rahmatullah di Pekalongan. "Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Roji'unn". Sesaat aku terdiam teringat dengan firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 156, yang artinya:

"yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"



Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya kami berdua langsung meluncur ke Gambir untuk memesan tiket perjalanan ke kampung halaman di Pekalongan. Masya Allah.. sangat kaget kami berdua, melihat antrian yang begitu panjang, padahal ini hari kerja. Akhirnya setelah mengantri selama 1,5 jam lebih akhirnya kami dapat juga tiket Agro Sindoro Jurusan Jakarta - Semarang.

Selama perjalanan, kami terus berdoa semoga Almarhum diampuni segala dosanya, diterima segala amal ibadahnya, dan diberikan kenikmatan nanti di alam kuburnya. Setelah 4 jam di dalam kereta, akhirnya kami sampai juga di Stasiun Pekalongan. Seperti yang telah kami perkirakan bahwa Almarhum telah dikebumikan.

Rasa sedih, haru bercampur jadi satu ketika kami bertemu keluarga di sana. Rasa rindu yang menggelayut selama ini, pupus sudah. Namun ada rasa perih & sedih karena kami tidak bisa mengikuti setiap jengkal prosesi yang wajib dilakukan terhadap si 'mayit' yaitu, mengkafankan, memandikan, mensholatkan dan menguburkannya. Tak satupun dari prosesi itu yang kami ikuti. Cuman doa saja yang terpanjat kehadirat Allah SWT.

Doakan juga y, semoga Almarhum diampuni segala dosa-dosanya. Amien

Selengkapnya ....

Panduan Puasa Ramadhan dan Sholat Tarawih

Puasa Ramadhan dan Sholat Tarawih adalah salah satu ibadah yang dianjurkan Rasulullah SAW, tetapi terkadang pelaksanaannya dapat mengganggu ukhuwwah Islamiyah, karena terdapat perbedaan pada beberapa hal. Oleh karena itu kami membuat panduan ini agar umat Islam dapat memahami berbagai perbedaan tersebut dan tidak terjadi perselisihan yang dapat merusak Ukhuwwah Islamiyyah.


1. Anjuran Melaksanakan Puasa dan Tarawih di Bulan Ramadhan.
Merupakan anjuran Nabi SAW menghidupkan malam ramadhan dengan memperbanyak sholat. Hal itu dapat terpenuhi dengan mendirikan Tarawih disepanjang malam ramadhan. Fakta adanya pemberlakuan sholat Tarawih secara turun temurun sejak Nabi SAW hingga sekarang merupakan dalil yang tidak dapat dibantah kebenarannya. Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa sholat tarawih itu disyariatkan. Rasulullah SAW bersabda :

عن أبى هريرة قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يرغب فى قيام رمضان من غير أن يأمرهم بعزيمة ويقول من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (متفق عليه)

“Dari Abu Hurairah menceritakan, bahwa Nabi SAW sangat menganjurkan puasa ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mendirikan sholat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan maka ia iampuni dosa-dosa yang telah lampau” (Muttafaq alaih, lafadz Imam Muslim dalam shahihnya: 6/40).

2. Pemberlakuan Jamaah Shalat Tarawih
Pada awalnya sholat tarawih dilaksanakan Nabi Saw. dengan sebagian sahabt secara berjamaah di masjid Nabawi.Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi Saw. membiarkan para sahabat melakukan tarawih secara sendir-sendiri. Hingga dikemudian hari , ketika Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena sholat tarawih yang terpencar-pencar dalam masjid Nabawi, terbersit dalam hati Umar untuk menyatukannya sehingga terbentuklah sholat tarawih berjamaah yang dipimpim Ubay bin Kaab. Kisah ini terekam dalam hadits muttafaq alaih riwayat A’isyah (al Lu’lu’ wal marjan :436).
Dari sini mayoritas ulama menetapkan bahwa sholat tarawih secara berjamaah hukumnya sunnah. (Lihat Syarh Muslim oleh Nawawi:6/39).

3. Wanita Melaksanakan Tarawih
Pada dasarnya wanita lebih baik sholat di rumahnya, termasuk juga sholat tarawih. Namun jika tidak ke mesjid dia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakannya maka kepergiannya ke mesjid untuk hal tersebut akan mempereoleh kebaikan yang sangat banyak. Pelaksanaannya tetap memperhatikan etika wanita ketika di luar rumah.

4. Jumlah Rakaat Tarawih
Dalam Riwayat Bukhari tidak menyebutkan berapa rakaat Ubay bin Kaab melaksanakan tarawih. Demikian juga riwayat Aisyah – yang menjelaskan tentang tiga malam Nabi Saw. mendirikan tarawih bersama para sahabat -- tidak menyebutkan jumlah rakaatnya, sekalipun dalam riwayat Aisyah lainnya ditegaskan tidak adanya pembedaan oleh Nabi Saw. tentang jumlah rakaat sholat malam baik didalam maupun di luar ramadhan. Namun riwayat ini nampak pada konteks yang lebih umum yaitu sholat malam. Hal itu terlihat pada kecenderungan ulama dalam menempatkan riwayat ini pada bab sholat malam secara umum. Misalnya Imam Bukhari meletakkannya pada Bab Sholat Tahajud, Imam Malik pada bab Sholat Witir Nabi Saw. (Lihat Fathul Bari 4/250; Muwattha’ dalam Tanwir Hawalaik:141).
Hal tersebut memunculkan perbedaan dalam jumlah rakaat Tarawih yang berkisar dari 11, 13, 21, 23, 36 bahkan 39 rakaat.
Akar persoalan ini sesungguhnya kembali pada riwayat-riwayat sebagai berikut:
a. Hadits Aisyah:
ما كان يزيد فى رمضان ولا فى غيره على إحدى عشرة

“Nabi tidak pernah melakukan sholat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan ramadhan maupun di luar ramadhan” (Al Fath: Ibid).

b. Imam Malik dalam Muwattha’nya meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim ad Dari untuk melaksanakan sholat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang sangat panjang. Namun dalam raiwayat Yazid bin ar Rumman bahwa jumlah rakaat yang didirikan di masa Umar bin Khattab 23 rakaat (Al Muwattha’ dalam Tanwirul Hawalaik:138).

c. Imam at Tirmidzi menyatakan bahwa Umar dan Ali serta sahabat lainnya menjalankan sholat tarawih sejumlah 20 rakaat (selain witir). Pendapat ini didukung oleh ats Tsauri,Ibnu Mubarak dan ay Syafi’ie (Lihat Fiqh Sunnah : 1/195).

d. Bahkan di masa Umar bin Abdul Aziz kaum muslimin sholat tarawih hingga 36 rakaat ditambah wititr tiga rakaat. Hal ini dikomentari Imam Malik bahwa masalah ini sudah lama menurutnya (alFath: Ibid)

e. Imam asy Syafi’I dari riwayat az Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanaka sholat tarawih di Madinah dengan 39 raka’at, dan di Makkah 33 rakaat, dan menurutnya hal tersebut memang memiliki kelonggaran (al Fath: Ibid)
Dari riwayat diatas jelas akar persoalan dalam jumlah rakaat tarawih bukanlah persoalan jumlah melainkan kualitas rakaat yang hendak didirikan. Ibnu Hajar berpendapat, “Bahwa perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat tarawih muncul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat dan demikian sebaliknya.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam asy Syafi’i, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan witir 3 rakaat dia telah mencontoh Nabi, sedangkan yang menjalankan tarawih dengan 23 mereka telah mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in.Bahkan menurut Imam Malik hal itu telah berjalan lebih dari ratusan tahun.
Hal yang sama juga diungkap oleh Imam Ahmad bahwa tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan (Lihat Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 4/250 dst).
Imam az Zarqani mencoba menetralisir persoalan ini dengan menukil pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, namun bergeser menjadi 20 rakaat (tanpa witir) setelah melihat adanya fenomena keberatan umat Islam dalam mendirikannya. Bahkan hingga bergeser menjadi 36 (tanpa witir) dengan alasan yang sama (Lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195).
Dengan demikian tidak ada alasan yang mendasar untuk saling berselisih karena persoalan jumlah rakaat sholat tarawih, apalagi menjadi sebab perpecahan umat yang bersatunya adalah sesuatu yang wajib. Jjika kita perhatikan dengan cermat maka yang menjadi konsensus dalam shalat tarawih adalah kualitas dalam menjalankannya dan bagaimana shalat tersebut benar-benar menjadi media komunikasi antara hamba dengan Rabb-nya lahir dan batin sehingga berimplikasi dalam kehidupan berupa ketenangan dan merasa selalu bersama-Nya dimana pun berada.

Cara Melaksanakan Sholat Tarawih
1. Dalam hadits Bukhari riwayat Aisyah menjelaskan bahwa cara Nabi Saw. dalam menjalankan sholat malam adalah dengan melakukan tiga kali salam, masing-masing terdiri dari 4 rakaat yang sangat panjang ditambah 4 rakaat yang panjang pula ditambah 3 rakaat sebagai penutup (Lihat Fathul Bari: Ibid).

2.Bentuk lain yang mendapatkan penegasan secara qauli dan fi’li juga menunjukkan bahwa sholat malam dapat pula dilakukan dua rakaat0dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ibnu Umar menceritakan bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang cara Rasulullah Saw. mendirikan sholat malam, beliau menjawab : “sholat malam didirikan dua rakaat-dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat. (Muttafaq alaih al-Lu’lu wal Marjan: 432). Hal ini ditegaskan fi’liyah (perbuatan) Nabi Saw. dalam hadits Muslim dan Malik ra (Lihat Syarh shahih Muslim 6/46-47, Muwattha’dalam Tanwir: 143-144).

3. Dari sini Ibnu Hajar menegaskan bahwa Nabi SAW terkadang melakukan witir/menutup sholatnya dengan satu rakaat dan terkadang menutupnya dengan tiga rakaat.
Demikianlah penjelasan seputar sholat tarawih dalam perspektif Islam semoga bermanfaat.

Puasa Ramadhan dan Sholat Tarawih adalah salah satu ibadah yang dianjurkan Rasulullah SAW, tetapi terkadang pelaksanaannya dapat mengganggu ukhuwwah Islamiyah, karena terdapat perbedaan pada beberapa hal. Oleh karena itu kami membuat panduan ini agar umat Islam dapat memahami berbagai perbedaan tersebut dan tidak terjadi perselisihan yang dapat merusak Ukhuwwah Islamiyyah.



1. Anjuran Melaksanakan Puasa dan Tarawih di Bulan Ramadhan.
Merupakan anjuran Nabi SAW menghidupkan malam ramadhan dengan memperbanyak sholat. Hal itu dapat terpenuhi dengan mendirikan Tarawih disepanjang malam ramadhan. Fakta adanya pemberlakuan sholat Tarawih secara turun temurun sejak Nabi SAW hingga sekarang merupakan dalil yang tidak dapat dibantah kebenarannya. Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa sholat tarawih itu disyariatkan. Rasulullah SAW bersabda :

عن أبى هريرة قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يرغب فى قيام رمضان من غير أن يأمرهم بعزيمة ويقول من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (متفق عليه)

“Dari Abu Hurairah menceritakan, bahwa Nabi SAW sangat menganjurkan puasa ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mendirikan sholat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan maka ia iampuni dosa-dosa yang telah lampau” (Muttafaq alaih, lafadz Imam Muslim dalam shahihnya: 6/40).

2. Pemberlakuan Jamaah Shalat Tarawih
Pada awalnya sholat tarawih dilaksanakan Nabi Saw. dengan sebagian sahabt secara berjamaah di masjid Nabawi.Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi Saw. membiarkan para sahabat melakukan tarawih secara sendir-sendiri. Hingga dikemudian hari , ketika Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena sholat tarawih yang terpencar-pencar dalam masjid Nabawi, terbersit dalam hati Umar untuk menyatukannya sehingga terbentuklah sholat tarawih berjamaah yang dipimpim Ubay bin Kaab. Kisah ini terekam dalam hadits muttafaq alaih riwayat A’isyah (al Lu’lu’ wal marjan :436).
Dari sini mayoritas ulama menetapkan bahwa sholat tarawih secara berjamaah hukumnya sunnah. (Lihat Syarh Muslim oleh Nawawi:6/39).

3. Wanita Melaksanakan Tarawih
Pada dasarnya wanita lebih baik sholat di rumahnya, termasuk juga sholat tarawih. Namun jika tidak ke mesjid dia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakannya maka kepergiannya ke mesjid untuk hal tersebut akan mempereoleh kebaikan yang sangat banyak. Pelaksanaannya tetap memperhatikan etika wanita ketika di luar rumah.

4. Jumlah Rakaat Tarawih
Dalam Riwayat Bukhari tidak menyebutkan berapa rakaat Ubay bin Kaab melaksanakan tarawih. Demikian juga riwayat Aisyah – yang menjelaskan tentang tiga malam Nabi Saw. mendirikan tarawih bersama para sahabat -- tidak menyebutkan jumlah rakaatnya, sekalipun dalam riwayat Aisyah lainnya ditegaskan tidak adanya pembedaan oleh Nabi Saw. tentang jumlah rakaat sholat malam baik didalam maupun di luar ramadhan. Namun riwayat ini nampak pada konteks yang lebih umum yaitu sholat malam. Hal itu terlihat pada kecenderungan ulama dalam menempatkan riwayat ini pada bab sholat malam secara umum. Misalnya Imam Bukhari meletakkannya pada Bab Sholat Tahajud, Imam Malik pada bab Sholat Witir Nabi Saw. (Lihat Fathul Bari 4/250; Muwattha’ dalam Tanwir Hawalaik:141).
Hal tersebut memunculkan perbedaan dalam jumlah rakaat Tarawih yang berkisar dari 11, 13, 21, 23, 36 bahkan 39 rakaat.
Akar persoalan ini sesungguhnya kembali pada riwayat-riwayat sebagai berikut:
a. Hadits Aisyah:
ما كان يزيد فى رمضان ولا فى غيره على إحدى عشرة

“Nabi tidak pernah melakukan sholat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan ramadhan maupun di luar ramadhan” (Al Fath: Ibid).

b. Imam Malik dalam Muwattha’nya meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim ad Dari untuk melaksanakan sholat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang sangat panjang. Namun dalam raiwayat Yazid bin ar Rumman bahwa jumlah rakaat yang didirikan di masa Umar bin Khattab 23 rakaat (Al Muwattha’ dalam Tanwirul Hawalaik:138).

c. Imam at Tirmidzi menyatakan bahwa Umar dan Ali serta sahabat lainnya menjalankan sholat tarawih sejumlah 20 rakaat (selain witir). Pendapat ini didukung oleh ats Tsauri,Ibnu Mubarak dan ay Syafi’ie (Lihat Fiqh Sunnah : 1/195).

d. Bahkan di masa Umar bin Abdul Aziz kaum muslimin sholat tarawih hingga 36 rakaat ditambah wititr tiga rakaat. Hal ini dikomentari Imam Malik bahwa masalah ini sudah lama menurutnya (alFath: Ibid)

e. Imam asy Syafi’I dari riwayat az Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanaka sholat tarawih di Madinah dengan 39 raka’at, dan di Makkah 33 rakaat, dan menurutnya hal tersebut memang memiliki kelonggaran (al Fath: Ibid)
Dari riwayat diatas jelas akar persoalan dalam jumlah rakaat tarawih bukanlah persoalan jumlah melainkan kualitas rakaat yang hendak didirikan. Ibnu Hajar berpendapat, “Bahwa perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat tarawih muncul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat dan demikian sebaliknya.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam asy Syafi’i, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan witir 3 rakaat dia telah mencontoh Nabi, sedangkan yang menjalankan tarawih dengan 23 mereka telah mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in.Bahkan menurut Imam Malik hal itu telah berjalan lebih dari ratusan tahun.
Hal yang sama juga diungkap oleh Imam Ahmad bahwa tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan (Lihat Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 4/250 dst).
Imam az Zarqani mencoba menetralisir persoalan ini dengan menukil pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, namun bergeser menjadi 20 rakaat (tanpa witir) setelah melihat adanya fenomena keberatan umat Islam dalam mendirikannya. Bahkan hingga bergeser menjadi 36 (tanpa witir) dengan alasan yang sama (Lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195).
Dengan demikian tidak ada alasan yang mendasar untuk saling berselisih karena persoalan jumlah rakaat sholat tarawih, apalagi menjadi sebab perpecahan umat yang bersatunya adalah sesuatu yang wajib. Jjika kita perhatikan dengan cermat maka yang menjadi konsensus dalam shalat tarawih adalah kualitas dalam menjalankannya dan bagaimana shalat tersebut benar-benar menjadi media komunikasi antara hamba dengan Rabb-nya lahir dan batin sehingga berimplikasi dalam kehidupan berupa ketenangan dan merasa selalu bersama-Nya dimana pun berada.

Cara Melaksanakan Sholat Tarawih
1. Dalam hadits Bukhari riwayat Aisyah menjelaskan bahwa cara Nabi Saw. dalam menjalankan sholat malam adalah dengan melakukan tiga kali salam, masing-masing terdiri dari 4 rakaat yang sangat panjang ditambah 4 rakaat yang panjang pula ditambah 3 rakaat sebagai penutup (Lihat Fathul Bari: Ibid).

2.Bentuk lain yang mendapatkan penegasan secara qauli dan fi’li juga menunjukkan bahwa sholat malam dapat pula dilakukan dua rakaat0dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ibnu Umar menceritakan bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang cara Rasulullah Saw. mendirikan sholat malam, beliau menjawab : “sholat malam didirikan dua rakaat-dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat. (Muttafaq alaih al-Lu’lu wal Marjan: 432). Hal ini ditegaskan fi’liyah (perbuatan) Nabi Saw. dalam hadits Muslim dan Malik ra (Lihat Syarh shahih Muslim 6/46-47, Muwattha’dalam Tanwir: 143-144).

3. Dari sini Ibnu Hajar menegaskan bahwa Nabi SAW terkadang melakukan witir/menutup sholatnya dengan satu rakaat dan terkadang menutupnya dengan tiga rakaat.
Demikianlah penjelasan seputar sholat tarawih dalam perspektif Islam semoga bermanfaat.

Selengkapnya ....

Panduan Amaliyah di Bulan Ramadhan

Bagi umat Islam, Ramadhan bukan sekedar salah satu nama bulan Qomariyah, tapi dia memiliki makna tersendiri. Ramadhan bagi seorang muslim adalah rihlah dari kehidupan materialistis kepada kehidupan ruhiyah, dari kehidupan yang penuh dengan berbagai masalah keduniaan menuju kehidupan yang penuh tazkiyatus nafs (pembersihan jiwa) dan riyadhotur ruhiyah (olah rohani). Kehidupan yang penuh dengan amal taqarrub kepada Allah, mulai dari tilawah Al-Quran, menahan syahwat dengan shiyam, sujud dalam qiyamul lail, ber’itikaf di masjid, dan lain-lain. Semua ini dalam rangka merealisasikan inti ajaran dan hikmah puasa Ramadhan, yaitu agar kalian menjadi orang yang bertaqwa.

Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS Al-Baqarah:183).
Ramadhan juga merupakan bulan latihan bagi peningkatan kualitas pribadi seorang muslim. Hal itu terlihat pada esensi puasa yakni agar manusia selalu dapat meningkatkan nilainya di hadapan Allah SWT dengan bertaqwa, disamping melaksanakan amaliyah-amaliyah positif yang ada pada bulan Ramadhan. Di antara amaliyah-amaliyah Ramadhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw – baik itu amaliyah ibadah maupun amaliyah ijtima’iyah – adalah sebagai berikut:

1. Shiyam (puasa)
Amaliyah terpenting pada bulan Ramadhan tentu saja adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada QS 2: 183-187. Di antara amaliyah shiyam Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. adalah:

a. Berwawasan yang benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, tapi ada rambu-tambu kehidupan yang harus ditaati sehingga puasa itu menjadi sarana tarbiyyah (pendidikan) menuju kehidupan yang bertaqwa kepada Allah Swt. Puasa seperti inilah yang bisa menghapus dosa seorang muslim, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mesti ditunaikan, tanpa uzur syar’I (halangan yang bisa dibenarkan menurut syari’at), maka seorang muslim tidak boleh meninggalkan puasa. Ini merupakan dosa yang sangat besar sehingga tidak bisa ditebus meskipun seseorang berpuasa sepanjang masa, Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup” (HR.At-Turmudzi).

c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam.
Puasa merupakan pendidikan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak benar, bila hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka tidak ada nilai atau paling tidak berkurang nilai ibadah seseorang, Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Bukanlah (hakikat) shiyam itu sekedar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tak ternilai) dan kata-kata bohong” (HR.Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
Rasulullah Saw. juga pernah bersabda bahwa, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktekkannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum” (HR.Bukhori dan Muslim).

d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
Ibadah puasa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan sehingga apa yang menjadi ketentuannya bila dipatuhi, Rasulullah Saw. bersabda:
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan” (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).

e. Bersahur.
Bagi orang yang hendak berpuasa, disunnahkan untuk makan sahur pada saat sebelum tiba waktu subuh (fajar), sahur merupakan makanan yang berkah (Al-ghoda’ al-mubarok). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahwa:
”Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur” (HR. Ahmad).

f. Ifthor.
Ketika waktu maghrib telah tiba, yakni saat matahari telah terbenam, maka saat itulah waktu berbuka sehingga sangat ditekankan kepada orang yang berpuasa untuk segera berbuka puasa. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor dan mengakhirkan sahur. Sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya ialah mereka yang bersegera berbuka puasa” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bahkan beliau mendahulukan ifthor walaupun hanya dengan ruthob (kurma mengkal), atau tamr (kurma) atau air saja (HR. Abu Daud dan Ahmad).

g. Berdoa.
Sesudah menyelesaikan ibadah puasa dengan berifthor, Rasulullah Saw. sebagaimana yang beliau lakukan sesudah menyelesaikan suatu ibadah, dan sebagai wujud syukur kepada Allah, beliau membaca do’a sebagai berikut:

عن انس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : بسم الله اللهم لك صمت وعلى
رزقك أفطر ت. وزاد ابن عباس وقال : فتقبل مني إنك انت السميع العليم. وعن ابن عمر
قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا افطر قال : ذهب الظمأ وابتلـت العروق وثبت
الاجر إنشاء الله

Rasulullah bahkan mensyariatkan agar orang-orang yang berpuasa banyak memanjatkan do’a, sebab do’a mereka akan dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini beliau pernah bersabda bahwa,
“Ada tiga kelompok manusia yang do’anya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah do’a orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka” (HR.Ahmad dan Turmudzi).



2. Tilawah (membaca) Al-Quran
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (QS 2: 185). Pada bulan ini malaikat Jibril pernah turun dan menderas Al-Quran dengan Rasulullah Saw. (HR. Bukhari). Maka tidak aneh jika Rasulullah Saw. lebih sering membacanya pada bulan Ramadhan.
Iman Az-Zuhri pernah berkata, ”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Quran untuk ditadabburi, dipahami, dan diamalkan (QS Shod: 29).

3. Ith’am Ath-Tho’am (memberikan makanan dan shadaqah lainnya)
Salah satu amaliyah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau: “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’I).
Memberikan makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthor melainkan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan penuh peduli terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan kedermawanannya dan keperduliannya tampil lebih menonjol, kesigapan beliau dalam hal ini bahkan dimisalkan sebagai ‘lebih cepat dari angin” (HR.Bukhori).

4. Memperhatikan Kesehatan
Shaum termasuk kategori ibadah mahdhah (murni). Sekalipun semikian agar nilai maksimal ibadah puasa dapat diraih, Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
1. Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
2. Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
3. Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah SAW kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud RA, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

5. Memperhatikan Harmoni Keluarga
Sekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah, yang memang juga mempunyai nilai khusus di hadapan Allah, tetapi agar hal tersebut di atas dapat terealisir dengan lebih baik, maka Rasulullah justru mensyari’atkan agar selama berpuasa umat tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga. Seperti yang diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah adalah tokoh yang paling baik untuk keluarga, dimana selama bulan Ramadhan tetap selalu memenuhi hak-hak keluarga beliau. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni I’tikaf, harmoni itu tetap terjaga.

6. Memperhatikan Aktivitas Da’wah dan Sosial
Kontradiksi dengan kesan dan perilaku umum tentang berpuasa, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan da’wah, kegiatan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau misalnya melakukan perjalanan ke Badr (th. 2 H), Mekkah (th. 8 H) dan ke Tabuk (th.9H), mengirimkan 6 sariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau ikuti/pimpin), melaksanakan pernikahan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab RA, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa’, meruntuhkan masjid Adh-Dhiror, dll.

7. Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
Diantara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiyam al-lail (shalat Terawih) yang dilakukan bersama dengan para sahabat. Disaat Rasulullah khawatir akan diwajibkannya sholat tarawih secara berjamaah, akhirnya beliau tidak melakukannya sepanjang ramadhan (HR.Bukhari dan Muslim). Pada saat Rasulullah SAW sholat tarawih berjamaah bersama sahabat, banyak riwayat menyebutkan bahwa beliau sholat 11 rakaat dengan bacaan-bacaan yang panjang (HR.Bukhari dan Muslim). Tetapi disaat kekhawatiran akan diwajibkannya sholat tarawih tidak ada lagi, kita dapati riwayat-riwayat lain, juga dari Umar bin Khattab menyebutkan jumlah rakaat sholat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR.Abdur Rozzaq dan Baihaqi).
Menyikapi perbedaan rakaat ini, mari kita simak paparan salah seorang tokoh dibidang ilmu hadits, Ibnu Hajar al Asqolani as Syafi’I, beliau mengatakan : Beberapa riwayat yang sampai kepada kita tentang jumlah raka’at sholat tarawih menyiratkan ragam sholat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Kadang ia mampu melaksanakan sholat 11 rakaat, kadang 21 dan terkadang 23 rakaat, tergantung semangat dan antusiasmenya masing-masing. Dahulu mereka sholat 11 rakaat dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan dengan tongkat penyangga, sedangkan mereka yang sholat 21 atau 23 raka’at, mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek dengan tetap memperhatikan masalah thuma’ninah, sehingga tidak membuat mereka sulit.

8. I’tikaf
Di antara amaliyah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan ramadhan adalah I’tikaf, yakni berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Abu Sa’id al Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah melakukan I’tikaf pada awal ramadhan, pertengahan dan paling sering pada 10 hari terakhir bulan ramadhan. Ibadah yang penting ini sering dianggap berat oleh kaum muslimim, sehingga banyak yang tidak melakukannya.
Tidak aneh kalau Imam az-Zuhri berkomentar, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan I’tikaf, padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

1. Lailatul Qadar
Selama bulan ramadhan terdapat satu malam yang sangat berkah, yang populer dengan sebutan lailatul qadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (QS Al Qodr:1-5). Rasulullah tidak pernah melewatkan bulan ramadhan untuk meraih lailatul qodr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan ramadhan (HR.Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang sholat pada malam lailatil qodr berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Bukhari dan Muslim).
Ketika kita mendapatkannya, Rasulullah Saw.mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:
اللهم إنك عفو تحب العفو فا عف عنى




10. Umrah
Umrah pada bulan ramdhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah kepada seorang wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan,
“Agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah Saw”(HR.Bukhari dan Muslim).

11. Zakat Fithrah
Zakat Fithrah dibayar pada hari-hari terakhir ramadhan. Ia merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. (HR.Bukhari dan Muslim).
Zakat fithrah ini dibayarkan dengan tujuan untuk menyucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah).

12. Ramadhan bulan taubat menuju fithrah
Selama sebulan penuh, umat Islam berlomba kembali kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun. Allah mengatakan bahwa Dia setiap malam bulan ramadhan membebaskan banyak hamba-Nya dari api neraka (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, ramadhan adalah kesempatan emas agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa, mereka benar-benar kembali kepada fithrahnya.


Bagi umat Islam, Ramadhan bukan sekedar salah satu nama bulan Qomariyah, tapi dia memiliki makna tersendiri. Ramadhan bagi seorang muslim adalah rihlah dari kehidupan materialistis kepada kehidupan ruhiyah, dari kehidupan yang penuh dengan berbagai masalah keduniaan menuju kehidupan yang penuh tazkiyatus nafs (pembersihan jiwa) dan riyadhotur ruhiyah (olah rohani). Kehidupan yang penuh dengan amal taqarrub kepada Allah, mulai dari tilawah Al-Quran, menahan syahwat dengan shiyam, sujud dalam qiyamul lail, ber’itikaf di masjid, dan lain-lain. Semua ini dalam rangka merealisasikan inti ajaran dan hikmah puasa Ramadhan, yaitu agar kalian menjadi orang yang bertaqwa.


Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS Al-Baqarah:183).
Ramadhan juga merupakan bulan latihan bagi peningkatan kualitas pribadi seorang muslim. Hal itu terlihat pada esensi puasa yakni agar manusia selalu dapat meningkatkan nilainya di hadapan Allah SWT dengan bertaqwa, disamping melaksanakan amaliyah-amaliyah positif yang ada pada bulan Ramadhan. Di antara amaliyah-amaliyah Ramadhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw – baik itu amaliyah ibadah maupun amaliyah ijtima’iyah – adalah sebagai berikut:

1. Shiyam (puasa)
Amaliyah terpenting pada bulan Ramadhan tentu saja adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada QS 2: 183-187. Di antara amaliyah shiyam Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. adalah:

a. Berwawasan yang benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, tapi ada rambu-tambu kehidupan yang harus ditaati sehingga puasa itu menjadi sarana tarbiyyah (pendidikan) menuju kehidupan yang bertaqwa kepada Allah Swt. Puasa seperti inilah yang bisa menghapus dosa seorang muslim, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mesti ditunaikan, tanpa uzur syar’I (halangan yang bisa dibenarkan menurut syari’at), maka seorang muslim tidak boleh meninggalkan puasa. Ini merupakan dosa yang sangat besar sehingga tidak bisa ditebus meskipun seseorang berpuasa sepanjang masa, Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup” (HR.At-Turmudzi).

c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam.
Puasa merupakan pendidikan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak benar, bila hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka tidak ada nilai atau paling tidak berkurang nilai ibadah seseorang, Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Bukanlah (hakikat) shiyam itu sekedar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tak ternilai) dan kata-kata bohong” (HR.Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
Rasulullah Saw. juga pernah bersabda bahwa, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktekkannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum” (HR.Bukhori dan Muslim).

d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
Ibadah puasa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan sehingga apa yang menjadi ketentuannya bila dipatuhi, Rasulullah Saw. bersabda:
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan” (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).

e. Bersahur.
Bagi orang yang hendak berpuasa, disunnahkan untuk makan sahur pada saat sebelum tiba waktu subuh (fajar), sahur merupakan makanan yang berkah (Al-ghoda’ al-mubarok). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahwa:
”Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur” (HR. Ahmad).

f. Ifthor.
Ketika waktu maghrib telah tiba, yakni saat matahari telah terbenam, maka saat itulah waktu berbuka sehingga sangat ditekankan kepada orang yang berpuasa untuk segera berbuka puasa. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor dan mengakhirkan sahur. Sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya ialah mereka yang bersegera berbuka puasa” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bahkan beliau mendahulukan ifthor walaupun hanya dengan ruthob (kurma mengkal), atau tamr (kurma) atau air saja (HR. Abu Daud dan Ahmad).

g. Berdoa.
Sesudah menyelesaikan ibadah puasa dengan berifthor, Rasulullah Saw. sebagaimana yang beliau lakukan sesudah menyelesaikan suatu ibadah, dan sebagai wujud syukur kepada Allah, beliau membaca do’a sebagai berikut:

عن انس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : بسم الله اللهم لك صمت وعلى
رزقك أفطر ت. وزاد ابن عباس وقال : فتقبل مني إنك انت السميع العليم. وعن ابن عمر
قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا افطر قال : ذهب الظمأ وابتلـت العروق وثبت
الاجر إنشاء الله

Rasulullah bahkan mensyariatkan agar orang-orang yang berpuasa banyak memanjatkan do’a, sebab do’a mereka akan dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini beliau pernah bersabda bahwa,
“Ada tiga kelompok manusia yang do’anya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah do’a orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka” (HR.Ahmad dan Turmudzi).



2. Tilawah (membaca) Al-Quran
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (QS 2: 185). Pada bulan ini malaikat Jibril pernah turun dan menderas Al-Quran dengan Rasulullah Saw. (HR. Bukhari). Maka tidak aneh jika Rasulullah Saw. lebih sering membacanya pada bulan Ramadhan.
Iman Az-Zuhri pernah berkata, ”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Quran untuk ditadabburi, dipahami, dan diamalkan (QS Shod: 29).

3. Ith’am Ath-Tho’am (memberikan makanan dan shadaqah lainnya)
Salah satu amaliyah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau: “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’I).
Memberikan makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthor melainkan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan penuh peduli terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan kedermawanannya dan keperduliannya tampil lebih menonjol, kesigapan beliau dalam hal ini bahkan dimisalkan sebagai ‘lebih cepat dari angin” (HR.Bukhori).

4. Memperhatikan Kesehatan
Shaum termasuk kategori ibadah mahdhah (murni). Sekalipun semikian agar nilai maksimal ibadah puasa dapat diraih, Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
1. Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
2. Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
3. Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah SAW kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud RA, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

5. Memperhatikan Harmoni Keluarga
Sekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah, yang memang juga mempunyai nilai khusus di hadapan Allah, tetapi agar hal tersebut di atas dapat terealisir dengan lebih baik, maka Rasulullah justru mensyari’atkan agar selama berpuasa umat tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga. Seperti yang diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah adalah tokoh yang paling baik untuk keluarga, dimana selama bulan Ramadhan tetap selalu memenuhi hak-hak keluarga beliau. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni I’tikaf, harmoni itu tetap terjaga.

6. Memperhatikan Aktivitas Da’wah dan Sosial
Kontradiksi dengan kesan dan perilaku umum tentang berpuasa, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan da’wah, kegiatan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau misalnya melakukan perjalanan ke Badr (th. 2 H), Mekkah (th. 8 H) dan ke Tabuk (th.9H), mengirimkan 6 sariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau ikuti/pimpin), melaksanakan pernikahan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab RA, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa’, meruntuhkan masjid Adh-Dhiror, dll.

7. Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
Diantara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiyam al-lail (shalat Terawih) yang dilakukan bersama dengan para sahabat. Disaat Rasulullah khawatir akan diwajibkannya sholat tarawih secara berjamaah, akhirnya beliau tidak melakukannya sepanjang ramadhan (HR.Bukhari dan Muslim). Pada saat Rasulullah SAW sholat tarawih berjamaah bersama sahabat, banyak riwayat menyebutkan bahwa beliau sholat 11 rakaat dengan bacaan-bacaan yang panjang (HR.Bukhari dan Muslim). Tetapi disaat kekhawatiran akan diwajibkannya sholat tarawih tidak ada lagi, kita dapati riwayat-riwayat lain, juga dari Umar bin Khattab menyebutkan jumlah rakaat sholat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR.Abdur Rozzaq dan Baihaqi).
Menyikapi perbedaan rakaat ini, mari kita simak paparan salah seorang tokoh dibidang ilmu hadits, Ibnu Hajar al Asqolani as Syafi’I, beliau mengatakan : Beberapa riwayat yang sampai kepada kita tentang jumlah raka’at sholat tarawih menyiratkan ragam sholat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Kadang ia mampu melaksanakan sholat 11 rakaat, kadang 21 dan terkadang 23 rakaat, tergantung semangat dan antusiasmenya masing-masing. Dahulu mereka sholat 11 rakaat dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan dengan tongkat penyangga, sedangkan mereka yang sholat 21 atau 23 raka’at, mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek dengan tetap memperhatikan masalah thuma’ninah, sehingga tidak membuat mereka sulit.

8. I’tikaf
Di antara amaliyah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan ramadhan adalah I’tikaf, yakni berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Abu Sa’id al Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah melakukan I’tikaf pada awal ramadhan, pertengahan dan paling sering pada 10 hari terakhir bulan ramadhan. Ibadah yang penting ini sering dianggap berat oleh kaum muslimim, sehingga banyak yang tidak melakukannya.
Tidak aneh kalau Imam az-Zuhri berkomentar, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan I’tikaf, padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

1. Lailatul Qadar
Selama bulan ramadhan terdapat satu malam yang sangat berkah, yang populer dengan sebutan lailatul qadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (QS Al Qodr:1-5). Rasulullah tidak pernah melewatkan bulan ramadhan untuk meraih lailatul qodr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan ramadhan (HR.Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang sholat pada malam lailatil qodr berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Bukhari dan Muslim).
Ketika kita mendapatkannya, Rasulullah Saw.mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:
اللهم إنك عفو تحب العفو فا عف عنى




10. Umrah
Umrah pada bulan ramdhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah kepada seorang wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan,
“Agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah Saw”(HR.Bukhari dan Muslim).

11. Zakat Fithrah
Zakat Fithrah dibayar pada hari-hari terakhir ramadhan. Ia merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. (HR.Bukhari dan Muslim).
Zakat fithrah ini dibayarkan dengan tujuan untuk menyucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah).

12. Ramadhan bulan taubat menuju fithrah
Selama sebulan penuh, umat Islam berlomba kembali kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun. Allah mengatakan bahwa Dia setiap malam bulan ramadhan membebaskan banyak hamba-Nya dari api neraka (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, ramadhan adalah kesempatan emas agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa, mereka benar-benar kembali kepada fithrahnya.


Selengkapnya ....

Marhaban Yaa Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]

“Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur karena dalam bersahur itu ada keberkatannya” [Bukhari-Muslim]

“Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah berbuka” [Bukhari-Muslim]

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang,
saya mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin....

Marhaban ya Ramadhan,
Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih,
tidur kita menjadi ibadah,
amal kita diterima dan do'a kita di ijaba

Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian
berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan
ia berkata: 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun
dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin',
kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi
keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah
amin!', maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah
seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga
dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".
[Hadits Riwayat al-Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, al-Hakim 4/153
dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah,
diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih
Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]

“Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur karena dalam bersahur itu ada keberkatannya” [Bukhari-Muslim]

“Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah berbuka” [Bukhari-Muslim]


Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang,
saya mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin....

Marhaban ya Ramadhan,
Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih,
tidur kita menjadi ibadah,
amal kita diterima dan do'a kita di ijaba

Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian
berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan
ia berkata: 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun
dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin',
kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi
keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah
amin!', maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah
seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga
dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".
[Hadits Riwayat al-Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, al-Hakim 4/153
dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah,
diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih
Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

Selengkapnya ....

Senin, 28 Juli 2008

Alhamdulillah.. Akhirnya kesampaian juga

Hari Minggu, 22 Juni 2008 saya dan teman-teman (Syahroel & Indra) melihat2 perumahan di sekitar Depok. Setelah berkeliling-keliling, akhirnya kami tertarik sama Taman Anyelir2 karena DP nya kecil dan semua biaya sudah masuk harga jual.

Di Kantor pemasaran Taman Anyelir, kami dijelaskan oleh marketing mba Nila & Mba Ade (Syahroel & Indra). Kemudian kami tertarik untuk melihat-lihat kondisi perumahannya. Pertama-tama kami melihat kondisi di TA tahap 1, dimana kondisinya sudah hampir 80%. Kondisi bangunannya standar BTN.

Kemudian kami diajak melihat Taman Anyelir Tahap 2. Di tahap 2, ketemu pekerja yang sedang meratakan tanah untuk kapling perumahannya. Lokasinya bekas pepohonan bambu. Masih ada tanah (pohon bambu) yang masih belum dibebaskan).

Lokasi ini lebih deket dengan jalan raya, jalan masuk milik perumahan. Dekat pintu masuk ada Masjid, TK, SD Islam, SMP dan SMK swasta.

Setelah puas melihat lokasi Taman Anyelir 2, akhirnya sore jam 16.00 kami bertiga langsung booking. Kebetulan saya dapat di Blok C1 No. 25 type 36/72 Mawar, sedangkan Syahroel di Blok C1 No. 26. Sedangkan Indra di Blok E.
Booking Fee 1 juta kami bayar saat itu, sedangkan Surat Pemesanan Rumah masih belum di terima, karena masih harus di tanda tangani pejabat/bos dulu menurut staf pemasaran.

Seminggu kemudian, tepatnya tanggal 29 Juni 2008, saya menyerahkan persyaratan2 KPR (tp msh ada yg kurang yaitu surat keterangan kerja istri dan NPWP istri, kebetulan saya join income).

2 Minggu kemudian yaitu tanggal 8 Juli 2008, saya dihubungi oleh pihak bank BTN Capem Bojong, disuruh melengkapi persyaratan yang kurang tadi.

Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 20 Juli 2008, saya bersama istri ke pemasaran TA2 guna melunasi DP ke dua sebesar Rp 3 jt, dan langsung diberitahu oleh Mba Dian bahwa KPR saya disetujui 100% yaitu Rp 125 jt.

Alhamdulillah, akhirnya tanggal 20 Juli 2008, saya diberitahu ama mba Dian, klo KRP saya disetujui oleh BTN Bojong sebesar 125 jt (100%). Tanggal 24 Juli 2008 saya di hubungi marketing TA2 bahwa saya diminta kedatangannya untuk akad kredit pada tanggal 28 Juli 2008.

Hari Senin, 28 Juli 2008 kemaren bersama 14 orang yang lain, saya telah menandatangani akad kredit dengan BTN dan Notaris Suryani.

Menurut penjelasan notaris akte jual beli baru akan dilakukan setelah rumah selesai 95%.

Hari Minggu, 22 Juni 2008 saya dan teman-teman (Syahroel & Indra) melihat2 perumahan di sekitar Depok. Setelah berkeliling-keliling, akhirnya kami tertarik sama Taman Anyelir2 karena DP nya kecil dan semua biaya sudah masuk harga jual.


Di Kantor pemasaran Taman Anyelir, kami dijelaskan oleh marketing mba Nila & Mba Ade (Syahroel & Indra). Kemudian kami tertarik untuk melihat-lihat kondisi perumahannya. Pertama-tama kami melihat kondisi di TA tahap 1, dimana kondisinya sudah hampir 80%. Kondisi bangunannya standar BTN.

Kemudian kami diajak melihat Taman Anyelir Tahap 2. Di tahap 2, ketemu pekerja yang sedang meratakan tanah untuk kapling perumahannya. Lokasinya bekas pepohonan bambu. Masih ada tanah (pohon bambu) yang masih belum dibebaskan).

Lokasi ini lebih deket dengan jalan raya, jalan masuk milik perumahan. Dekat pintu masuk ada Masjid, TK, SD Islam, SMP dan SMK swasta.

Setelah puas melihat lokasi Taman Anyelir 2, akhirnya sore jam 16.00 kami bertiga langsung booking. Kebetulan saya dapat di Blok C1 No. 25 type 36/72 Mawar, sedangkan Syahroel di Blok C1 No. 26. Sedangkan Indra di Blok E.
Booking Fee 1 juta kami bayar saat itu, sedangkan Surat Pemesanan Rumah masih belum di terima, karena masih harus di tanda tangani pejabat/bos dulu menurut staf pemasaran.

Seminggu kemudian, tepatnya tanggal 29 Juni 2008, saya menyerahkan persyaratan2 KPR (tp msh ada yg kurang yaitu surat keterangan kerja istri dan NPWP istri, kebetulan saya join income).

2 Minggu kemudian yaitu tanggal 8 Juli 2008, saya dihubungi oleh pihak bank BTN Capem Bojong, disuruh melengkapi persyaratan yang kurang tadi.

Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 20 Juli 2008, saya bersama istri ke pemasaran TA2 guna melunasi DP ke dua sebesar Rp 3 jt, dan langsung diberitahu oleh Mba Dian bahwa KPR saya disetujui 100% yaitu Rp 125 jt.

Alhamdulillah, akhirnya tanggal 20 Juli 2008, saya diberitahu ama mba Dian, klo KRP saya disetujui oleh BTN Bojong sebesar 125 jt (100%). Tanggal 24 Juli 2008 saya di hubungi marketing TA2 bahwa saya diminta kedatangannya untuk akad kredit pada tanggal 28 Juli 2008.

Hari Senin, 28 Juli 2008 kemaren bersama 14 orang yang lain, saya telah menandatangani akad kredit dengan BTN dan Notaris Suryani.

Menurut penjelasan notaris akte jual beli baru akan dilakukan setelah rumah selesai 95%.

Selengkapnya ....

Selasa, 22 Juli 2008

Akhirnya Amanat Itu Datang Juga

Selasa, 22 Juli 2008, 02.00 WIB
Hari masih terlelap dalam tidurnya, hawa dingin udara dinihari menusuk. Dengan lembut, istriku mengguncang tubuhku yang terbujur kaku, sementara kesadaranku masih bermain-main di alam mimpi. Setengah berteriak istriku menunjukkan hasil (alat pemeriksaan kehamilan), "Mas, aku positif!". Mendengar kata-kata istriku, hatiku begitu bahagia. Tak dapat kugambarkan bagaimana senangnya hatiku ini. Hanya ucapan Alhamdulillah yang meluncur dari lidahku yang kotor ini.


Akhirnya akupun bersimpuh dihadapan sang pemilik jiwa ini. "YA Allah.. terimakasih atas amanat yang Engkau berikan kepada kami" dan doa jagad buana pun meluncur dari lidah hamba yang kurang bersyukur ini:

"Ya Allah, apapun ibadah kami, jadikanlah itu sebagai tanda syukur & tanda bakti kami kepada-Mu"

"Ya Allah, kami yang masih dititipi dan diberi kesempatan kehidupan di dunia, semoga Engkau mencukupkan atas segala kebutuhan kami".

"Ya Allah, berilah kami kesenangan kehidupan di dunia dan kesenangan kehidupan di akhirat. Jadikanlah kami penghuni Surga-Mu, jauhkanlah kami dari api neraka-Mu".

Pukul. 20.30 WIB
Untuk memastikan keakuratan hasil alat tersebut (walaupun sudah dilakukan 2 kali pengetesan dan hasilnya tetap sama), akhirnya kami sambangi RSIA Evasari di Jl. Rawamangun no.47 (Pramuka) Jakarta. Langsung ditangani oleh bu dokter. Setelah dilakukan USG dan sebagainya, bu dokter tersebut memastikan bahwa usia kandungan istriku baru 5 minggu. "Alhamdulillah ya Allah, akhirnya setelah 8 bulan kami menantikannya, amanat itupun Engkau pikulkan kepada kami. Ya Allah, bimbinglah kami agar mampu memegang dan menjalankan amanatMu ini.

Selasa, 22 Juli 2008, 02.00 WIB
Hari masih terlelap dalam tidurnya, hawa dingin udara dinihari menusuk. Dengan lembut, istriku mengguncang tubuhku yang terbujur kaku, sementara kesadaranku masih bermain-main di alam mimpi. Setengah berteriak istriku menunjukkan hasil (alat pemeriksaan kehamilan), "Mas, aku positif!". Mendengar kata-kata istriku, hatiku begitu bahagia. Tak dapat kugambarkan bagaimana senangnya hatiku ini. Hanya ucapan Alhamdulillah yang meluncur dari lidahku yang kotor ini.



Akhirnya akupun bersimpuh dihadapan sang pemilik jiwa ini. "YA Allah.. terimakasih atas amanat yang Engkau berikan kepada kami" dan doa jagad buana pun meluncur dari lidah hamba yang kurang bersyukur ini:

"Ya Allah, apapun ibadah kami, jadikanlah itu sebagai tanda syukur & tanda bakti kami kepada-Mu"

"Ya Allah, kami yang masih dititipi dan diberi kesempatan kehidupan di dunia, semoga Engkau mencukupkan atas segala kebutuhan kami".

"Ya Allah, berilah kami kesenangan kehidupan di dunia dan kesenangan kehidupan di akhirat. Jadikanlah kami penghuni Surga-Mu, jauhkanlah kami dari api neraka-Mu".

Pukul. 20.30 WIB
Untuk memastikan keakuratan hasil alat tersebut (walaupun sudah dilakukan 2 kali pengetesan dan hasilnya tetap sama), akhirnya kami sambangi RSIA Evasari di Jl. Rawamangun no.47 (Pramuka) Jakarta. Langsung ditangani oleh bu dokter. Setelah dilakukan USG dan sebagainya, bu dokter tersebut memastikan bahwa usia kandungan istriku baru 5 minggu. "Alhamdulillah ya Allah, akhirnya setelah 8 bulan kami menantikannya, amanat itupun Engkau pikulkan kepada kami. Ya Allah, bimbinglah kami agar mampu memegang dan menjalankan amanatMu ini.

Selengkapnya ....

Senin, 16 Juni 2008

Gank Nero

Beberapa hari terakhir ini, masyarakat kembali digemparkan oleh aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok remaja putri yang menamakan dirinya sebagai "Gank Nero".



Belum lagi kering ingatan kita akan kebrutalan yang dilakukan oleh Gank Motor setahun yang lalu di Kota Kembang dan sekitarnya. Seluruh stasiun TV di tanah air menayangkan dengan gamblang aksi kekerasan yang mereka lakukan.


Inilah salah satu sisi negatif dari siaran TV yang secara vulgar menayangkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok, gang maupun segelintir oknum. Baik itu di institusi kampus seperti IPDN, STIP maupun di masyarakat umum.


Gang Nero yang anggotanya kumpulan dari beberapa remaja putri (menurut pengakuan ada 9 orang remaja putri yang masih duduk di bangku SMU di wilayah PATI, Jawa Tengah) mereka begitu 'brutal' melakukan kekerasan kepada sesama remaja putri yang mereka anggap 'neko-neko'.


Kurangnya pendidikan agama, mengakibatkan sikap mereka tidak terkendali. Ditambah lagi dengan tayangan-tayangan kekerasan yang ditampilkan melalui media TV.

Beberapa tahun silam, ketika masih duduk di bangku SMK, aku juga pernah menjadi ketua sebuah geng, namanya "Reaktor" ("Remaja Akuntansi satu ogah rugi") dan salah satu geng pesaing utamanya adalah geng "Akiro" ("Remaja Akuntansi Loro").


Namun kegiatan yang kami lakukan masih dalam lingkup yang positif. Kami saling berlomba di sekolah terutama lewat media bulletin maupun majalah dinding di sekolah. Masing-masing geng saling berpacu memamerkan hasil karyanya, baik itu berupa puisi, cerpen maupun hasil karya lainnya. Di dalam kelaspun kami saling berlomba agar seluruh anggota geng dapat berprestasi dalam belajarnya.


Miris memang kalau melihat kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak terjadi tawuran antar mahasiswa, tawuran antar anggota masyarakat dan sebagainya.


"Ya Allah, curahkanlah kedamaian dalam hati kami. Ampunilah dosa-dosa yang telah kami perbuat, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Lunakkan lidah kami, bersihkan noda-noda di hati kami"


Beberapa hari terakhir ini, masyarakat kembali digemparkan oleh aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok remaja putri yang menamakan dirinya sebagai "Gank Nero".



Belum lagi kering ingatan kita akan kebrutalan yang dilakukan oleh Gank Motor setahun yang lalu di Kota Kembang dan sekitarnya. Seluruh stasiun TV di tanah air menayangkan dengan gamblang aksi kekerasan yang mereka lakukan.


Inilah salah satu sisi negatif dari siaran TV yang secara vulgar menayangkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok, gang maupun segelintir oknum. Baik itu di institusi kampus seperti IPDN, STIP maupun di masyarakat umum.


Gang Nero yang anggotanya kumpulan dari beberapa remaja putri (menurut pengakuan ada 9 orang remaja putri yang masih duduk di bangku SMU di wilayah PATI, Jawa Tengah) mereka begitu 'brutal' melakukan kekerasan kepada sesama remaja putri yang mereka anggap 'neko-neko'.


Kurangnya pendidikan agama, mengakibatkan sikap mereka tidak terkendali. Ditambah lagi dengan tayangan-tayangan kekerasan yang ditampilkan melalui media TV.

Beberapa tahun silam, ketika masih duduk di bangku SMK, aku juga pernah menjadi ketua sebuah geng, namanya "Reaktor" ("Remaja Akuntansi satu ogah rugi") dan salah satu geng pesaing utamanya adalah geng "Akiro" ("Remaja Akuntansi Loro").


Namun kegiatan yang kami lakukan masih dalam lingkup yang positif. Kami saling berlomba di sekolah terutama lewat media bulletin maupun majalah dinding di sekolah. Masing-masing geng saling berpacu memamerkan hasil karyanya, baik itu berupa puisi, cerpen maupun hasil karya lainnya. Di dalam kelaspun kami saling berlomba agar seluruh anggota geng dapat berprestasi dalam belajarnya.


Miris memang kalau melihat kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak terjadi tawuran antar mahasiswa, tawuran antar anggota masyarakat dan sebagainya.


"Ya Allah, curahkanlah kedamaian dalam hati kami. Ampunilah dosa-dosa yang telah kami perbuat, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Lunakkan lidah kami, bersihkan noda-noda di hati kami"


Selengkapnya ....

Minggu, 15 Juni 2008

Dalam Kenangan2

Cuaca sore itu sangat cerah. Awan biru berarak ke arah barat. Diikuti oleh sang Matahari yang bersiap untuk memejamkan matanya setelah seharian penuh bertugas.



3 Februari 2005
Cuaca sore itu sangat cerah. Awan biru berarak ke arah barat. Diikuti oleh sang Matahari yang bersiap untuk memejamkan matanya setelah seharian penuh bertugas. Sore itu keponakanku bersama Bibiku datang ke Jakarta ‘tuk menjemputku. Mereka bilang bahwa mereka datang ke Jakarta atas permintaan Ibuku yang untuk terakhir kalinya ingin menatap wajahku. Mereka berharap agar malam ini juga aku segera pulang ke Cirebon. Namun dengan begitu angkuhnya aku bilang kepada mereka bahwa aku belum bisa pulang karena sulit untuk meminta ijin pulang dari kantorku. Aku baru dua bulan bekerja di sebuah Bank Asing, sehingga sulit bagiku untuk meminta ijin.
Malam mulai turun. Langit malam itu begitu cerah. Rembulan menampakkan wajahnya yang sangat cantik, diikuti oleh sepasukan bintang yang setia menemaninya. Seperti malam-malam biasanya, aku tertidur dan tak ada firasat apa-apa tentang ibuku tercinta.

4 Februari 2005
Pagi itu Pukul 05.00 WIB, saudaraku dari Kampung menelepon tetanggaku, Ia bilang bahwa kondisi ibuku sudah semakin parah. Untuk kesekian kalinya mereka memohon agar aku segera pulang saat itu juga. Jiwaku bimbang. Aku ingin segera pulang, namun karena kondisiku sebagai karyawan kontrak yang baru kerja, sulit untuk meminta ijin tidak masuk kerja.
Untuk kesekian kalinya tetanggaku datang sambil membawa telepon. Namun ketika ku angkat, telepon tersebut sudah terputus. Pukul 06.00 WIB, saudaraku bilang bahwa kita hanya bisa berdoa saja, karena kondisi ibuku sudah sekarat. Malaikat sakaratul maut telah menunggunya. Di tempat pembaringan yang lusu dan kumal, kakak sulungku dengan setia memasukkan bubur suap demi suap ke mulut ibuku. Dengan mata sedikit terpejam, dan suara yang begitu lirih ibuku untuk kesekian kalinya menanyakan tentang diriku “Kapan Ruslan pulang?, katanya mau pulang?” Dengan berurai air mata kakak sulungku meyakinkan bahwa aku sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Cirebon.
Namun dengan penuh kepasrahan pada Sang Pencipta dan malaikat maut yang telah menunggunya, dengan suara yang sangat pelan, ibuku memohon kepada kakak sulungku dan berkata “Saya sudah tak kuat lagi, tolong aku titip Ruslan. Jaga dia”. Setelah puas menitipkan pesannya kepada kakak sulungku, Ibu langsung dijemput oleh sang malaikat. Kakakku langsung menelepon aku bahwa ibuku telah pergi.
Aku yang saat itu lagi di kamar mandi mendadak pandanganku gelap, lidahku geluh (tak dapat berkata-kata). Aku ga’ tahu harus ngomong apa. Setelah beberapa saat aku sadar, aku langsung menelepon Supervisor ku, dan aku bilang bahwa hari ini aku tak masuk kerja karena ibuku di kampung wafat.
Pukul 07.00 aku langsung menuju stasiun gambir untuk segera pulang ke kampung. Suara deru mesin kereta api yang diiringi dengan hiruk pikuk pedagang asongan yang dengan muka penuh semangat berharap dapat mengais rejeki sebanyak-banyaknya di pagi yang cerah ini. Namun pagi yang cerah ini musnah hilang lenyap di hatiku yang lagi bermuram durja dan diliputi kesedihan yang mendalam. Kami (aku dan kakakku yang ketiga, serta keponakanku) berharap dapat melihat wajah ibu tercinta untuk yang terakhir kalinya. Aku berangan-angan dapat mencium wajahnya, dan bersimpuh di kakinya untuk terakhir kalinya. Namun Allah berkehendak lain. Sesampainya aku di ‘pondokanku’, aku hanya mendapatkan bangku yang kosong, rumah yang sedikit semrawut. Suasana sepi. Tak ada tetangga yang berkumpul. Hatiku semakin galau, harapankupun musnah. Dari dalam rumah kakak-kakakku, bibi, paman, dan keponakan2ku berhamburan, berlarian menyambut tubuhku yang lunglai. Sambil berlinang air mata, dan dengan suara yang parau, mereka menjelaskan bahwa ibuku telah dikubur.
Mendengar ucapan mereka, hatiku tambah kacau. Di satu sisi aku merasa bersyukur karena semua urusan pemakaman telah selesai walau tanpa kehadiran anak laki-laki dalam keluarga. Namun disisi lain hati semakin teriris. Tak bisakah aku si bungsu yang ‘durhaka’ ini menatap wajah tua ibuku?
Setengah berlari aku langsung menuju ke pemakaman ibuku. Kutatap tumpukan tanah merah di pemakaman yang masih baru. Batin ku berkata “mungkin ini kuburan almarhumah ibuku.” Dengan suara yang berat, dan diiringi oleh buliran air mata dan peluh di seputar dahi dan wajah, kuucapkan salam kepada almarhumah ibuku”. Kulihat keponakan2 dan kakakku datang untuk menjaga diriku. Mungkin mereka khawatir aku jatuh pingsan di kuburan. Dengan tenaga yang tersisa, kubaca Surat Yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nash dan tahlil yang kuhadiahkan kepada Almarhumah. Aku hanya memohon dengan bacaan ini aku dapat memohon maaf pada mendiang ibuku.

Cuaca sore itu sangat cerah. Awan biru berarak ke arah barat. Diikuti oleh sang Matahari yang bersiap untuk memejamkan matanya setelah seharian penuh bertugas.



3 Februari 2005
Cuaca sore itu sangat cerah. Awan biru berarak ke arah barat. Diikuti oleh sang Matahari yang bersiap untuk memejamkan matanya setelah seharian penuh bertugas. Sore itu keponakanku bersama Bibiku datang ke Jakarta ‘tuk menjemputku. Mereka bilang bahwa mereka datang ke Jakarta atas permintaan Ibuku yang untuk terakhir kalinya ingin menatap wajahku. Mereka berharap agar malam ini juga aku segera pulang ke Cirebon. Namun dengan begitu angkuhnya aku bilang kepada mereka bahwa aku belum bisa pulang karena sulit untuk meminta ijin pulang dari kantorku. Aku baru dua bulan bekerja di sebuah Bank Asing, sehingga sulit bagiku untuk meminta ijin.
Malam mulai turun. Langit malam itu begitu cerah. Rembulan menampakkan wajahnya yang sangat cantik, diikuti oleh sepasukan bintang yang setia menemaninya. Seperti malam-malam biasanya, aku tertidur dan tak ada firasat apa-apa tentang ibuku tercinta.

4 Februari 2005
Pagi itu Pukul 05.00 WIB, saudaraku dari Kampung menelepon tetanggaku, Ia bilang bahwa kondisi ibuku sudah semakin parah. Untuk kesekian kalinya mereka memohon agar aku segera pulang saat itu juga. Jiwaku bimbang. Aku ingin segera pulang, namun karena kondisiku sebagai karyawan kontrak yang baru kerja, sulit untuk meminta ijin tidak masuk kerja.
Untuk kesekian kalinya tetanggaku datang sambil membawa telepon. Namun ketika ku angkat, telepon tersebut sudah terputus. Pukul 06.00 WIB, saudaraku bilang bahwa kita hanya bisa berdoa saja, karena kondisi ibuku sudah sekarat. Malaikat sakaratul maut telah menunggunya. Di tempat pembaringan yang lusu dan kumal, kakak sulungku dengan setia memasukkan bubur suap demi suap ke mulut ibuku. Dengan mata sedikit terpejam, dan suara yang begitu lirih ibuku untuk kesekian kalinya menanyakan tentang diriku “Kapan Ruslan pulang?, katanya mau pulang?” Dengan berurai air mata kakak sulungku meyakinkan bahwa aku sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Cirebon.
Namun dengan penuh kepasrahan pada Sang Pencipta dan malaikat maut yang telah menunggunya, dengan suara yang sangat pelan, ibuku memohon kepada kakak sulungku dan berkata “Saya sudah tak kuat lagi, tolong aku titip Ruslan. Jaga dia”. Setelah puas menitipkan pesannya kepada kakak sulungku, Ibu langsung dijemput oleh sang malaikat. Kakakku langsung menelepon aku bahwa ibuku telah pergi.
Aku yang saat itu lagi di kamar mandi mendadak pandanganku gelap, lidahku geluh (tak dapat berkata-kata). Aku ga’ tahu harus ngomong apa. Setelah beberapa saat aku sadar, aku langsung menelepon Supervisor ku, dan aku bilang bahwa hari ini aku tak masuk kerja karena ibuku di kampung wafat.
Pukul 07.00 aku langsung menuju stasiun gambir untuk segera pulang ke kampung. Suara deru mesin kereta api yang diiringi dengan hiruk pikuk pedagang asongan yang dengan muka penuh semangat berharap dapat mengais rejeki sebanyak-banyaknya di pagi yang cerah ini. Namun pagi yang cerah ini musnah hilang lenyap di hatiku yang lagi bermuram durja dan diliputi kesedihan yang mendalam. Kami (aku dan kakakku yang ketiga, serta keponakanku) berharap dapat melihat wajah ibu tercinta untuk yang terakhir kalinya. Aku berangan-angan dapat mencium wajahnya, dan bersimpuh di kakinya untuk terakhir kalinya. Namun Allah berkehendak lain. Sesampainya aku di ‘pondokanku’, aku hanya mendapatkan bangku yang kosong, rumah yang sedikit semrawut. Suasana sepi. Tak ada tetangga yang berkumpul. Hatiku semakin galau, harapankupun musnah. Dari dalam rumah kakak-kakakku, bibi, paman, dan keponakan2ku berhamburan, berlarian menyambut tubuhku yang lunglai. Sambil berlinang air mata, dan dengan suara yang parau, mereka menjelaskan bahwa ibuku telah dikubur.
Mendengar ucapan mereka, hatiku tambah kacau. Di satu sisi aku merasa bersyukur karena semua urusan pemakaman telah selesai walau tanpa kehadiran anak laki-laki dalam keluarga. Namun disisi lain hati semakin teriris. Tak bisakah aku si bungsu yang ‘durhaka’ ini menatap wajah tua ibuku?
Setengah berlari aku langsung menuju ke pemakaman ibuku. Kutatap tumpukan tanah merah di pemakaman yang masih baru. Batin ku berkata “mungkin ini kuburan almarhumah ibuku.” Dengan suara yang berat, dan diiringi oleh buliran air mata dan peluh di seputar dahi dan wajah, kuucapkan salam kepada almarhumah ibuku”. Kulihat keponakan2 dan kakakku datang untuk menjaga diriku. Mungkin mereka khawatir aku jatuh pingsan di kuburan. Dengan tenaga yang tersisa, kubaca Surat Yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nash dan tahlil yang kuhadiahkan kepada Almarhumah. Aku hanya memohon dengan bacaan ini aku dapat memohon maaf pada mendiang ibuku.

Selengkapnya ....

Dalam Kenangan1

Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).



13 November 1994
Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).
Saat itu aku dipercaya untuk mengurusi masalah Perlengkapan (Seksi Perlengkapan dalam kegiatan tersebut). Setelah pulang sekolah, aku bersama sahabatku (Sdr. Sukendra) membuat spanduk, lalu memasangnya. Kami berdua kemudian membuat dekorasi ruangan yang akan digunakan. Setelah semuanya selesai aku pamit pulang untuk ganti pakaian.
Di tengah perjalanan menuju rumah, aku bertemu dengan tetanggaku. Sambil setengah teriak ia memberi tahu bahwa ayahku kecelakaan. Ia terjatuh dari pohon. Lemas badanku seolah seluruh sendi yang ada keropos, seluruh aliran darahku berhenti berdenyut. Tubuhku hampir roboh. Namun dengan kekuatan yang tersisa ku coba bertahan. Ku terus berjalan. DI belakang rumah kulihat Ibuku sedang menumbuk “beras kencur”, sambil menangis. Ketika kutanya matanya yang lembab bertambah lembab. Butiran air mata yang suci terus membanjiri wajahnya yang mulai keriput. Ia tak kuasa untuk menjawab pertanyaanku. Batinku teriris melihat keadaan ibuku. Aku berlari mencari ayahku. Di atas ranjang kulihat sosok ayahku. Terbujur kaku, tak bergerak. Di sebelah ayahku kulihat kedua kakak perempuanku yang terus menangis tersendu-sendu. Ketika melihat diriku, dia memelukku sambil terus menangis.
Kucoba untuk menahan air mata agar jangan sampai jatuh. Namun batinku telah menangis. Dengan perlahan kulepaskan pelukan kakakku. Kupandangi sosok kaku ayahku. Aku gigit jemariku. Aku berharap ini cuman mimpin. Namun jariku sakit. Ini nyata!!!!! Bukan mimpi. Ayahku kena musibah.


20 November 1994
Ayahku dibawah ke rumah sakit. Aku masih ingat, aku baru saja terlelap (24.00 WIB) Ayahku bangun, ia menyuruhku setengah berteriak, tak perduli sekelilingnya. “Rus, tolong ambilkan kaki saya, kaki saya ketinggalan di kebun!” Padahal kakinya masih menempel dibadannya. Berkali-kali ayahku ngotot bilang bahwa kakinya ketinggalan di TKP. Kucoba untuk menerangkan pada ayahku. Namun tak berhasil, hanya sia-sia belaka. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya tangisku tak dapat kubendung. Kulihat ibu dan kedua kakak perempuanku menangis tersendu-sendu.
Dengan deraian air mata, kuambil kitab suci, lalu kubaca. Berkat mukjizat dari kitabullah tersebut akhirnya Ayahku tertidur lagi. Syukurlah pikirku. Besoknya dengan kesepakatan keluarga ayaku dibawa ke Rumah Sakit Umum Gunung Jati, Cirebon.

22 November 1994 Pukul 20.00 WIB
Sambil berlari-lari kecil, kuhampiri rumah Allah disekitar Rumah Sakit. Setelah kutunaikan sholat 2 rokaat, lalu kutengadahkan kedua tanganku seraya berdoa “Duh Gusti Allah, kuserahkan semua persoalan ini padaMu. Jika Engkau memberikan umur panjang aku mohon sembuhkan ayahku segera. Jangan siksa ayahku. Cukup sudah penderitaannya. Namun bila Engkau ya Allah ingin mencabut nyawanya….. kupasrahkan padaMu. Mungkin ini sudah takdirmu”. Sambil terus berkomat-kamit mulutnya berdzikir, tak terasa butiran air mata meluncur dengan derasnya membasahi seluruh permukaan wajahku.

Pukul 22.00 WIB
Setelah kupanjatkan doa aku mulai digelayuti rasa kantuk yang luar biasa.. Dengan pikiran yang mulai tenang aku tertidur sambil tak hentinya kupasrahkan semua ini padaNya.


Pukul 24.00 WIB
Tibu-tiba pamanku membangunkan diriku. Aku terhenyak kaget. Sambil melompat aku lihat ayahku. Kutatapi tubuh ayahku. Tim medis terus berusaha memberikan napas buatan dan melakukan penepakan pada perut ayahku. Dengan tatapan kosong, kudekati tubuh ayahku yang terguncang hebat. Beberapa lama aku tak sadar apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba temanku bilang, “Baca Al-Qur’an”. Aku berlari ke belakang tuk ambil air wudhu. Kubaca surat Yasan, sambil terisak-isak.
Tiba-tiba kulihat kepala dokter itu menggeleng-geleng.
“AYAHKU W A F A T. INNA LILLAHI WA INNA LILLAHI ROJI’UN”

Kini sepeninggal ayahku, hari-hariku kelabu. Langit terus mendung. Mentari serasa enggan beranjak dari tempatnya. Cita-citaku kandas. Semua harapankupun menggantung di langit biru.
Dengan kekuatan yang tersisa, kucoba menghadapi hidup ini. Rasa bersalah menyelimuti hidupku. Seluruh saudaraku bilang, kematian ayahku karena kecerobohan diriku. mereka terus menyalahkan diriku.
Kini kutatap hari esok dengan penuh pesimistis.
Mungkinkah?????????
Hari ini semangat belajarku hilang. Jiwaku kosong. Pikiranku terus dibayangi kata-kata saudaraku, bahwa kematian ayahku karena kecerobohan dan keteledoran diriku yang tak disiplin. Kalau saja wakti itu aku pulang tepat waktunya, tak mungkin ayaku terkena musibah. Begitulah mereka berkata.
Ada niatan di hati ini untuk keluar dari SMEA. Namun pamanku melarangnya. Untunglah, waktu itu teman dekatku di Pramuka memberiku support. Ia terus memompa diriku untuk terus bersemangat dalam belajar. sampai-sampai semua tindak-tandukku ia perhatiin. Ia berhasil. Aku sedikit kembali menemukan diriku.

Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).



13 November 1994
Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).
Saat itu aku dipercaya untuk mengurusi masalah Perlengkapan (Seksi Perlengkapan dalam kegiatan tersebut). Setelah pulang sekolah, aku bersama sahabatku (Sdr. Sukendra) membuat spanduk, lalu memasangnya. Kami berdua kemudian membuat dekorasi ruangan yang akan digunakan. Setelah semuanya selesai aku pamit pulang untuk ganti pakaian.
Di tengah perjalanan menuju rumah, aku bertemu dengan tetanggaku. Sambil setengah teriak ia memberi tahu bahwa ayahku kecelakaan. Ia terjatuh dari pohon. Lemas badanku seolah seluruh sendi yang ada keropos, seluruh aliran darahku berhenti berdenyut. Tubuhku hampir roboh. Namun dengan kekuatan yang tersisa ku coba bertahan. Ku terus berjalan. DI belakang rumah kulihat Ibuku sedang menumbuk “beras kencur”, sambil menangis. Ketika kutanya matanya yang lembab bertambah lembab. Butiran air mata yang suci terus membanjiri wajahnya yang mulai keriput. Ia tak kuasa untuk menjawab pertanyaanku. Batinku teriris melihat keadaan ibuku. Aku berlari mencari ayahku. Di atas ranjang kulihat sosok ayahku. Terbujur kaku, tak bergerak. Di sebelah ayahku kulihat kedua kakak perempuanku yang terus menangis tersendu-sendu. Ketika melihat diriku, dia memelukku sambil terus menangis.
Kucoba untuk menahan air mata agar jangan sampai jatuh. Namun batinku telah menangis. Dengan perlahan kulepaskan pelukan kakakku. Kupandangi sosok kaku ayahku. Aku gigit jemariku. Aku berharap ini cuman mimpin. Namun jariku sakit. Ini nyata!!!!! Bukan mimpi. Ayahku kena musibah.


20 November 1994
Ayahku dibawah ke rumah sakit. Aku masih ingat, aku baru saja terlelap (24.00 WIB) Ayahku bangun, ia menyuruhku setengah berteriak, tak perduli sekelilingnya. “Rus, tolong ambilkan kaki saya, kaki saya ketinggalan di kebun!” Padahal kakinya masih menempel dibadannya. Berkali-kali ayahku ngotot bilang bahwa kakinya ketinggalan di TKP. Kucoba untuk menerangkan pada ayahku. Namun tak berhasil, hanya sia-sia belaka. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya tangisku tak dapat kubendung. Kulihat ibu dan kedua kakak perempuanku menangis tersendu-sendu.
Dengan deraian air mata, kuambil kitab suci, lalu kubaca. Berkat mukjizat dari kitabullah tersebut akhirnya Ayahku tertidur lagi. Syukurlah pikirku. Besoknya dengan kesepakatan keluarga ayaku dibawa ke Rumah Sakit Umum Gunung Jati, Cirebon.

22 November 1994 Pukul 20.00 WIB
Sambil berlari-lari kecil, kuhampiri rumah Allah disekitar Rumah Sakit. Setelah kutunaikan sholat 2 rokaat, lalu kutengadahkan kedua tanganku seraya berdoa “Duh Gusti Allah, kuserahkan semua persoalan ini padaMu. Jika Engkau memberikan umur panjang aku mohon sembuhkan ayahku segera. Jangan siksa ayahku. Cukup sudah penderitaannya. Namun bila Engkau ya Allah ingin mencabut nyawanya….. kupasrahkan padaMu. Mungkin ini sudah takdirmu”. Sambil terus berkomat-kamit mulutnya berdzikir, tak terasa butiran air mata meluncur dengan derasnya membasahi seluruh permukaan wajahku.

Pukul 22.00 WIB
Setelah kupanjatkan doa aku mulai digelayuti rasa kantuk yang luar biasa.. Dengan pikiran yang mulai tenang aku tertidur sambil tak hentinya kupasrahkan semua ini padaNya.


Pukul 24.00 WIB
Tibu-tiba pamanku membangunkan diriku. Aku terhenyak kaget. Sambil melompat aku lihat ayahku. Kutatapi tubuh ayahku. Tim medis terus berusaha memberikan napas buatan dan melakukan penepakan pada perut ayahku. Dengan tatapan kosong, kudekati tubuh ayahku yang terguncang hebat. Beberapa lama aku tak sadar apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba temanku bilang, “Baca Al-Qur’an”. Aku berlari ke belakang tuk ambil air wudhu. Kubaca surat Yasan, sambil terisak-isak.
Tiba-tiba kulihat kepala dokter itu menggeleng-geleng.
“AYAHKU W A F A T. INNA LILLAHI WA INNA LILLAHI ROJI’UN”

Kini sepeninggal ayahku, hari-hariku kelabu. Langit terus mendung. Mentari serasa enggan beranjak dari tempatnya. Cita-citaku kandas. Semua harapankupun menggantung di langit biru.
Dengan kekuatan yang tersisa, kucoba menghadapi hidup ini. Rasa bersalah menyelimuti hidupku. Seluruh saudaraku bilang, kematian ayahku karena kecerobohan diriku. mereka terus menyalahkan diriku.
Kini kutatap hari esok dengan penuh pesimistis.
Mungkinkah?????????
Hari ini semangat belajarku hilang. Jiwaku kosong. Pikiranku terus dibayangi kata-kata saudaraku, bahwa kematian ayahku karena kecerobohan dan keteledoran diriku yang tak disiplin. Kalau saja wakti itu aku pulang tepat waktunya, tak mungkin ayaku terkena musibah. Begitulah mereka berkata.
Ada niatan di hati ini untuk keluar dari SMEA. Namun pamanku melarangnya. Untunglah, waktu itu teman dekatku di Pramuka memberiku support. Ia terus memompa diriku untuk terus bersemangat dalam belajar. sampai-sampai semua tindak-tandukku ia perhatiin. Ia berhasil. Aku sedikit kembali menemukan diriku.

Selengkapnya ....

Seuntai Doa

Ya Allah, wahai Rabb yang memegang jiwa-jiwa kami
Sucikan jiwa dan raga kami, Engkaulah sebaik-baik pencuci jiwa
Berikan kenikmatan iman dalam dada kami
Suburkan rasa takwa di jiwa kami<\p>

Ya Allah, Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati
Berikan kami kekuatan untuk melawan nafsu kami
Lidah kami begitu tajam dalam umpatan
Lunakkan lisan kami, hiasi selalu lisan kami dengan zikir kepadaMu



Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri



Ya ALLAH, wahai Rabb yang memudahkan segala yang sukar
Wahai Rabb yang menyambung segala yang patah
Wahai Rabb yang menemani semua yang tersendiri
Wahai Rabb pengaman segala yang takut
Wahai Rabb penguat segala yang lemah
Mudah bagiMu memudahkan segala yang susah
Wahai Rabb yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya
Peliharalah kami dan keluarga kami dari Siksa Api nerakamu



Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan
Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini
Dengan sikap malas dan enggan berda'wah
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa


Ya Allah, wahai Rabb yang memegang jiwa-jiwa kami
Sucikan jiwa dan raga kami, Engkaulah sebaik-baik pencuci jiwa
Berikan kenikmatan iman dalam dada kami
Suburkan rasa takwa di jiwa kami<\p>


Ya Allah, Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati
Berikan kami kekuatan untuk melawan nafsu kami
Lidah kami begitu tajam dalam umpatan
Lunakkan lisan kami, hiasi selalu lisan kami dengan zikir kepadaMu



Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri



Ya ALLAH, wahai Rabb yang memudahkan segala yang sukar
Wahai Rabb yang menyambung segala yang patah
Wahai Rabb yang menemani semua yang tersendiri
Wahai Rabb pengaman segala yang takut
Wahai Rabb penguat segala yang lemah
Mudah bagiMu memudahkan segala yang susah
Wahai Rabb yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya
Peliharalah kami dan keluarga kami dari Siksa Api nerakamu



Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan
Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini
Dengan sikap malas dan enggan berda'wah
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa


Selengkapnya ....

Kamis, 12 Juni 2008

Selengkapnya ....

Ya Allah...

Apapun Ibadah Kami Jadikan itu sebagai tanda syukur dan tanda bakti kami kepada-Mu

Recent Comments

Promo/Iklan

 
Copyright © 2010 An-Nafsy' | Design : Noyod.Com Sponsored by NewBloggerTemplates