Minggu, 15 Juni 2008

Dalam Kenangan1

Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).



13 November 1994
Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).
Saat itu aku dipercaya untuk mengurusi masalah Perlengkapan (Seksi Perlengkapan dalam kegiatan tersebut). Setelah pulang sekolah, aku bersama sahabatku (Sdr. Sukendra) membuat spanduk, lalu memasangnya. Kami berdua kemudian membuat dekorasi ruangan yang akan digunakan. Setelah semuanya selesai aku pamit pulang untuk ganti pakaian.
Di tengah perjalanan menuju rumah, aku bertemu dengan tetanggaku. Sambil setengah teriak ia memberi tahu bahwa ayahku kecelakaan. Ia terjatuh dari pohon. Lemas badanku seolah seluruh sendi yang ada keropos, seluruh aliran darahku berhenti berdenyut. Tubuhku hampir roboh. Namun dengan kekuatan yang tersisa ku coba bertahan. Ku terus berjalan. DI belakang rumah kulihat Ibuku sedang menumbuk “beras kencur”, sambil menangis. Ketika kutanya matanya yang lembab bertambah lembab. Butiran air mata yang suci terus membanjiri wajahnya yang mulai keriput. Ia tak kuasa untuk menjawab pertanyaanku. Batinku teriris melihat keadaan ibuku. Aku berlari mencari ayahku. Di atas ranjang kulihat sosok ayahku. Terbujur kaku, tak bergerak. Di sebelah ayahku kulihat kedua kakak perempuanku yang terus menangis tersendu-sendu. Ketika melihat diriku, dia memelukku sambil terus menangis.
Kucoba untuk menahan air mata agar jangan sampai jatuh. Namun batinku telah menangis. Dengan perlahan kulepaskan pelukan kakakku. Kupandangi sosok kaku ayahku. Aku gigit jemariku. Aku berharap ini cuman mimpin. Namun jariku sakit. Ini nyata!!!!! Bukan mimpi. Ayahku kena musibah.


20 November 1994
Ayahku dibawah ke rumah sakit. Aku masih ingat, aku baru saja terlelap (24.00 WIB) Ayahku bangun, ia menyuruhku setengah berteriak, tak perduli sekelilingnya. “Rus, tolong ambilkan kaki saya, kaki saya ketinggalan di kebun!” Padahal kakinya masih menempel dibadannya. Berkali-kali ayahku ngotot bilang bahwa kakinya ketinggalan di TKP. Kucoba untuk menerangkan pada ayahku. Namun tak berhasil, hanya sia-sia belaka. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya tangisku tak dapat kubendung. Kulihat ibu dan kedua kakak perempuanku menangis tersendu-sendu.
Dengan deraian air mata, kuambil kitab suci, lalu kubaca. Berkat mukjizat dari kitabullah tersebut akhirnya Ayahku tertidur lagi. Syukurlah pikirku. Besoknya dengan kesepakatan keluarga ayaku dibawa ke Rumah Sakit Umum Gunung Jati, Cirebon.

22 November 1994 Pukul 20.00 WIB
Sambil berlari-lari kecil, kuhampiri rumah Allah disekitar Rumah Sakit. Setelah kutunaikan sholat 2 rokaat, lalu kutengadahkan kedua tanganku seraya berdoa “Duh Gusti Allah, kuserahkan semua persoalan ini padaMu. Jika Engkau memberikan umur panjang aku mohon sembuhkan ayahku segera. Jangan siksa ayahku. Cukup sudah penderitaannya. Namun bila Engkau ya Allah ingin mencabut nyawanya….. kupasrahkan padaMu. Mungkin ini sudah takdirmu”. Sambil terus berkomat-kamit mulutnya berdzikir, tak terasa butiran air mata meluncur dengan derasnya membasahi seluruh permukaan wajahku.

Pukul 22.00 WIB
Setelah kupanjatkan doa aku mulai digelayuti rasa kantuk yang luar biasa.. Dengan pikiran yang mulai tenang aku tertidur sambil tak hentinya kupasrahkan semua ini padaNya.


Pukul 24.00 WIB
Tibu-tiba pamanku membangunkan diriku. Aku terhenyak kaget. Sambil melompat aku lihat ayahku. Kutatapi tubuh ayahku. Tim medis terus berusaha memberikan napas buatan dan melakukan penepakan pada perut ayahku. Dengan tatapan kosong, kudekati tubuh ayahku yang terguncang hebat. Beberapa lama aku tak sadar apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba temanku bilang, “Baca Al-Qur’an”. Aku berlari ke belakang tuk ambil air wudhu. Kubaca surat Yasan, sambil terisak-isak.
Tiba-tiba kulihat kepala dokter itu menggeleng-geleng.
“AYAHKU W A F A T. INNA LILLAHI WA INNA LILLAHI ROJI’UN”

Kini sepeninggal ayahku, hari-hariku kelabu. Langit terus mendung. Mentari serasa enggan beranjak dari tempatnya. Cita-citaku kandas. Semua harapankupun menggantung di langit biru.
Dengan kekuatan yang tersisa, kucoba menghadapi hidup ini. Rasa bersalah menyelimuti hidupku. Seluruh saudaraku bilang, kematian ayahku karena kecerobohan diriku. mereka terus menyalahkan diriku.
Kini kutatap hari esok dengan penuh pesimistis.
Mungkinkah?????????
Hari ini semangat belajarku hilang. Jiwaku kosong. Pikiranku terus dibayangi kata-kata saudaraku, bahwa kematian ayahku karena kecerobohan dan keteledoran diriku yang tak disiplin. Kalau saja wakti itu aku pulang tepat waktunya, tak mungkin ayaku terkena musibah. Begitulah mereka berkata.
Ada niatan di hati ini untuk keluar dari SMEA. Namun pamanku melarangnya. Untunglah, waktu itu teman dekatku di Pramuka memberiku support. Ia terus memompa diriku untuk terus bersemangat dalam belajar. sampai-sampai semua tindak-tandukku ia perhatiin. Ia berhasil. Aku sedikit kembali menemukan diriku.

Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).



13 November 1994
Aku masih ingat betul ……..
Waktu itu di Sekolah ada kegiatan. Malam ini (19 November 1994) akan diadakan serah terima jabatan Dewan Ambalan (Pramuka –red).
Saat itu aku dipercaya untuk mengurusi masalah Perlengkapan (Seksi Perlengkapan dalam kegiatan tersebut). Setelah pulang sekolah, aku bersama sahabatku (Sdr. Sukendra) membuat spanduk, lalu memasangnya. Kami berdua kemudian membuat dekorasi ruangan yang akan digunakan. Setelah semuanya selesai aku pamit pulang untuk ganti pakaian.
Di tengah perjalanan menuju rumah, aku bertemu dengan tetanggaku. Sambil setengah teriak ia memberi tahu bahwa ayahku kecelakaan. Ia terjatuh dari pohon. Lemas badanku seolah seluruh sendi yang ada keropos, seluruh aliran darahku berhenti berdenyut. Tubuhku hampir roboh. Namun dengan kekuatan yang tersisa ku coba bertahan. Ku terus berjalan. DI belakang rumah kulihat Ibuku sedang menumbuk “beras kencur”, sambil menangis. Ketika kutanya matanya yang lembab bertambah lembab. Butiran air mata yang suci terus membanjiri wajahnya yang mulai keriput. Ia tak kuasa untuk menjawab pertanyaanku. Batinku teriris melihat keadaan ibuku. Aku berlari mencari ayahku. Di atas ranjang kulihat sosok ayahku. Terbujur kaku, tak bergerak. Di sebelah ayahku kulihat kedua kakak perempuanku yang terus menangis tersendu-sendu. Ketika melihat diriku, dia memelukku sambil terus menangis.
Kucoba untuk menahan air mata agar jangan sampai jatuh. Namun batinku telah menangis. Dengan perlahan kulepaskan pelukan kakakku. Kupandangi sosok kaku ayahku. Aku gigit jemariku. Aku berharap ini cuman mimpin. Namun jariku sakit. Ini nyata!!!!! Bukan mimpi. Ayahku kena musibah.


20 November 1994
Ayahku dibawah ke rumah sakit. Aku masih ingat, aku baru saja terlelap (24.00 WIB) Ayahku bangun, ia menyuruhku setengah berteriak, tak perduli sekelilingnya. “Rus, tolong ambilkan kaki saya, kaki saya ketinggalan di kebun!” Padahal kakinya masih menempel dibadannya. Berkali-kali ayahku ngotot bilang bahwa kakinya ketinggalan di TKP. Kucoba untuk menerangkan pada ayahku. Namun tak berhasil, hanya sia-sia belaka. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya tangisku tak dapat kubendung. Kulihat ibu dan kedua kakak perempuanku menangis tersendu-sendu.
Dengan deraian air mata, kuambil kitab suci, lalu kubaca. Berkat mukjizat dari kitabullah tersebut akhirnya Ayahku tertidur lagi. Syukurlah pikirku. Besoknya dengan kesepakatan keluarga ayaku dibawa ke Rumah Sakit Umum Gunung Jati, Cirebon.

22 November 1994 Pukul 20.00 WIB
Sambil berlari-lari kecil, kuhampiri rumah Allah disekitar Rumah Sakit. Setelah kutunaikan sholat 2 rokaat, lalu kutengadahkan kedua tanganku seraya berdoa “Duh Gusti Allah, kuserahkan semua persoalan ini padaMu. Jika Engkau memberikan umur panjang aku mohon sembuhkan ayahku segera. Jangan siksa ayahku. Cukup sudah penderitaannya. Namun bila Engkau ya Allah ingin mencabut nyawanya….. kupasrahkan padaMu. Mungkin ini sudah takdirmu”. Sambil terus berkomat-kamit mulutnya berdzikir, tak terasa butiran air mata meluncur dengan derasnya membasahi seluruh permukaan wajahku.

Pukul 22.00 WIB
Setelah kupanjatkan doa aku mulai digelayuti rasa kantuk yang luar biasa.. Dengan pikiran yang mulai tenang aku tertidur sambil tak hentinya kupasrahkan semua ini padaNya.


Pukul 24.00 WIB
Tibu-tiba pamanku membangunkan diriku. Aku terhenyak kaget. Sambil melompat aku lihat ayahku. Kutatapi tubuh ayahku. Tim medis terus berusaha memberikan napas buatan dan melakukan penepakan pada perut ayahku. Dengan tatapan kosong, kudekati tubuh ayahku yang terguncang hebat. Beberapa lama aku tak sadar apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba temanku bilang, “Baca Al-Qur’an”. Aku berlari ke belakang tuk ambil air wudhu. Kubaca surat Yasan, sambil terisak-isak.
Tiba-tiba kulihat kepala dokter itu menggeleng-geleng.
“AYAHKU W A F A T. INNA LILLAHI WA INNA LILLAHI ROJI’UN”

Kini sepeninggal ayahku, hari-hariku kelabu. Langit terus mendung. Mentari serasa enggan beranjak dari tempatnya. Cita-citaku kandas. Semua harapankupun menggantung di langit biru.
Dengan kekuatan yang tersisa, kucoba menghadapi hidup ini. Rasa bersalah menyelimuti hidupku. Seluruh saudaraku bilang, kematian ayahku karena kecerobohan diriku. mereka terus menyalahkan diriku.
Kini kutatap hari esok dengan penuh pesimistis.
Mungkinkah?????????
Hari ini semangat belajarku hilang. Jiwaku kosong. Pikiranku terus dibayangi kata-kata saudaraku, bahwa kematian ayahku karena kecerobohan dan keteledoran diriku yang tak disiplin. Kalau saja wakti itu aku pulang tepat waktunya, tak mungkin ayaku terkena musibah. Begitulah mereka berkata.
Ada niatan di hati ini untuk keluar dari SMEA. Namun pamanku melarangnya. Untunglah, waktu itu teman dekatku di Pramuka memberiku support. Ia terus memompa diriku untuk terus bersemangat dalam belajar. sampai-sampai semua tindak-tandukku ia perhatiin. Ia berhasil. Aku sedikit kembali menemukan diriku.

0 comments:

Ya Allah...

Apapun Ibadah Kami Jadikan itu sebagai tanda syukur dan tanda bakti kami kepada-Mu

Recent Comments

Promo/Iklan

 
Copyright © 2010 An-Nafsy' | Design : Noyod.Com Sponsored by NewBloggerTemplates