Senin, 01 September 2008

Ramadhan penuh cobaan

Beberapa hari menjelang bulan Suci Ramadhan, Pertamina kembali menaikkan harga gas Elpiji. Untuk ukuran yang 12 kg di pasaran mencapai harga Rp 90.000,- bahkan lebih.


Bingung mengikuti Kebijakan pemerintah yang sering menyengsarakan 'wong cilik' (kata-kata andalan Bu Mega). Konfersi 'mitan' ke gas yang dianggap bisa mengatasi krisis BBM, tapi kenyataannya malah tambah runyam. Tengoklah antrian-antrian panjang di berbagai daerah, banyak ibu-ibu rumah tangga yang rela berpanas-panas ria, untuk sekedar mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Bahkan nyawa bisa jadi taruhan, gara-gara berdesak-desakan dan terinjak-injak pada saat rebutan antrian.

Sebut saja A, seorang penjual gorengan dari Cirebon, yang biasa mangkal di daerah Kebayoran Baru, dengan semangat yang membara-bara (jihad demi keluarga), dia kayuh sepeda ontelnya dengan kecepatan maksimal (wah.. susah ukurnya, hehe, mungkin 60 km/jam kali y), tak melakukan sikut kiri-kanan,tetap lurus sambil injak atas bawah. Rupanya Allah begitu sayang sama bapak satu ini. Akhirnya diapun merekalan di'cium' si gagah perkasa Kereta Api. Lepaslah nyawa yang cuman sebatang kara itu. Dia meninggalkan 5 orang anak, 1 orang istri di kampung halamannya di Cirebon sana. Saya yakin ini hanya 1 dari sekian ribu bapak/ibu rumah tangga yang mengalami nasib tragis.

Balik lagi yuks ke soal mitan. Oke lah kebijakan konfersi mintan ke elpiji bisa diterima secara nalar. Tapi kenapa permasalahan baru muncul, ketika si biru mungil itu pun tiba-tiba ikutan 'melenyapkan' dari pasaran. Duuhh.. si biru mungil, ada apa gerangan dengan dirimu? kenapa engkau ikut-ikutan kakakmu si 'mitan' lari juga ?

Biasa lah, Pertamina selalu mengklaim bahwa BUMN itu selalu merugi, sehingga mengharuskan adanya kenaikan harga gas Elpiji. Gas elpiji 'rakyat' ukuran 3 kg di pasaran harganya membengkak menjadi Rp. 17.000,-, sedangkan yang 12 kg lebih bengkak lagi mencapai lebih dari Rp 90.000,-. Di saat-saat kaum muslimin menyambut Ramadhan dengan penuh keceriaan,atas kedatangan tamu Agung ini, pemerintah malah menimpakan musibah ini.

Apakah mereka tidak memperhatikan dampak dari kenaikan harga si biru ajaib ini? Otomatis harga-harga bahan pokokpun menjadi ikutan 'trend' merubah harganya. Padahal lebaran masih jauh, tapi semua bahan kebutuhan pokok sudah berubah 'baju' harganya. Alhasil banyak sudah ibu-ibu rumah tangga untuk memasak kembali ke masa 'baheula' dengan menggunakan kayu bakar, meninggalkan mitan.

Sampai kapan y semua ini kembali normal, apakah ada calon presiden yang peduli sama nasib rakyatnya? yang mampu untuk tidak menaikkan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok buat rakyatnya. Calon presiden yang bisa mensejahterakan rakyatnya ?

Beberapa hari menjelang bulan Suci Ramadhan, Pertamina kembali menaikkan harga gas Elpiji. Untuk ukuran yang 12 kg di pasaran mencapai harga Rp 90.000,- bahkan lebih.



Bingung mengikuti Kebijakan pemerintah yang sering menyengsarakan 'wong cilik' (kata-kata andalan Bu Mega). Konfersi 'mitan' ke gas yang dianggap bisa mengatasi krisis BBM, tapi kenyataannya malah tambah runyam. Tengoklah antrian-antrian panjang di berbagai daerah, banyak ibu-ibu rumah tangga yang rela berpanas-panas ria, untuk sekedar mendapatkan beberapa liter minyak tanah. Bahkan nyawa bisa jadi taruhan, gara-gara berdesak-desakan dan terinjak-injak pada saat rebutan antrian.

Sebut saja A, seorang penjual gorengan dari Cirebon, yang biasa mangkal di daerah Kebayoran Baru, dengan semangat yang membara-bara (jihad demi keluarga), dia kayuh sepeda ontelnya dengan kecepatan maksimal (wah.. susah ukurnya, hehe, mungkin 60 km/jam kali y), tak melakukan sikut kiri-kanan,tetap lurus sambil injak atas bawah. Rupanya Allah begitu sayang sama bapak satu ini. Akhirnya diapun merekalan di'cium' si gagah perkasa Kereta Api. Lepaslah nyawa yang cuman sebatang kara itu. Dia meninggalkan 5 orang anak, 1 orang istri di kampung halamannya di Cirebon sana. Saya yakin ini hanya 1 dari sekian ribu bapak/ibu rumah tangga yang mengalami nasib tragis.

Balik lagi yuks ke soal mitan. Oke lah kebijakan konfersi mintan ke elpiji bisa diterima secara nalar. Tapi kenapa permasalahan baru muncul, ketika si biru mungil itu pun tiba-tiba ikutan 'melenyapkan' dari pasaran. Duuhh.. si biru mungil, ada apa gerangan dengan dirimu? kenapa engkau ikut-ikutan kakakmu si 'mitan' lari juga ?

Biasa lah, Pertamina selalu mengklaim bahwa BUMN itu selalu merugi, sehingga mengharuskan adanya kenaikan harga gas Elpiji. Gas elpiji 'rakyat' ukuran 3 kg di pasaran harganya membengkak menjadi Rp. 17.000,-, sedangkan yang 12 kg lebih bengkak lagi mencapai lebih dari Rp 90.000,-. Di saat-saat kaum muslimin menyambut Ramadhan dengan penuh keceriaan,atas kedatangan tamu Agung ini, pemerintah malah menimpakan musibah ini.

Apakah mereka tidak memperhatikan dampak dari kenaikan harga si biru ajaib ini? Otomatis harga-harga bahan pokokpun menjadi ikutan 'trend' merubah harganya. Padahal lebaran masih jauh, tapi semua bahan kebutuhan pokok sudah berubah 'baju' harganya. Alhasil banyak sudah ibu-ibu rumah tangga untuk memasak kembali ke masa 'baheula' dengan menggunakan kayu bakar, meninggalkan mitan.

Sampai kapan y semua ini kembali normal, apakah ada calon presiden yang peduli sama nasib rakyatnya? yang mampu untuk tidak menaikkan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok buat rakyatnya. Calon presiden yang bisa mensejahterakan rakyatnya ?

0 comments:

Ya Allah...

Apapun Ibadah Kami Jadikan itu sebagai tanda syukur dan tanda bakti kami kepada-Mu

Recent Comments

Promo/Iklan

 
Copyright © 2010 An-Nafsy' | Design : Noyod.Com Sponsored by NewBloggerTemplates